Dark Mode Light Mode

Jurnal Layne Staley Akan Diterbitkan, Buku Baru Berjudul ‘This Angry Pen’: Warisan Kemarahan Sang Ikon

Buku Harian Layne Staley: Mengintip Sisi Gelap Sang Legenda Grunge

Siapa yang tidak kenal Alice in Chains? Band grunge ikonik yang lagunya masih sering kamu dengar, bahkan mungkin jadi playlist favoritmu di Spotify. Nah, kabar baik datang buat para penggemar berat mereka: buku harian mendiang vokalis, Layne Staley, akan segera diterbitkan! Judulnya This Angry Pen, dan bakal rilis November nanti. Kira-kira, isinya bakal se-cadas musik mereka, nggak, ya?

Buku setebal 176 halaman ini menjanjikan koleksi lirik tulisan tangan, puisi pribadi, karya seni orisinal yang memukau, foto langka, dan juga berbagai bentuk tribute dari para penggemar. Wow, kayaknya bakal jadi bacaan yang bikin baper sekaligus bikin penasaran! Deskripsi bukunya juga cukup menggelitik: "Untuk pertama kalinya, koleksi menakjubkan ini mengungkap sisi kreatif dan sangat pribadi dari vokalis legendaris Alice in Chains." Penasaran, kan?

Melalui puisi yang belum pernah dilihat sebelumnya, lirik tulisan tangan yang mentah, coretan intim, dan catatan yang tulus, kita akan bisa mengintip pikiran dan emosi Layne. Buku ini seakan menawarkan kita untuk melihat langsung ke dalam benak seorang jenius musik yang mendefinisikan sebuah generasi. Kayak dapet tiket VIP ke dunia batinnya, nih! Dijamin, kamu bakal makin kagum sama sosok Layne.

Layne Staley: Lebih dari Sekadar Suara Grunge

Layne Staley memulai perjalanan musiknya di era '80-an, dengan bergabung di band glam metal Sleze, yang kemudian berubah nama menjadi Alice N' Chains. Pada tahun 1987, bersama Jerry Cantrell, Mike Starr, dan Sean Kinney, mereka membentuk band baru dan menamainya Alice in Chains. Siapa sangka, grup ini bakal jadi salah satu influencer terbesar dalam kancah musik grunge di tahun '90-an? Album self-titled mereka pada tahun 1995 bahkan berhasil merajai Billboard 200. Keren, kan?

Selain bermusik dengan Alice in Chains, Layne juga sempat bergabung dengan supergroup Mad Season dan Class of '99. Namun di paruh kedua tahun '90-an, Layne mulai menarik diri dari sorotan publik. Ia berjuang melawan depresi dan kecanduan narkoba. Pada 17 April 2002, Layne ditemukan meninggal dunia di apartemennya di Seattle. Hasil otopsi menunjukkan bahwa kematiannya disebabkan oleh overdosis kokain dan heroin. Tragis, ya?

Alice in Chains kemudian reuni pada tahun 2005, dengan vokalis baru, William DuVall, bergabung setahun kemudian. Hingga kini, mereka sudah merilis tiga album studio. Album terakhir mereka, Rainier Fog, dirilis pada tahun 2018.

Mengupas Isi Buku Harian: Apa yang Kita Harapkan?

Deskripsi This Angry Pen menjanjikan kita akan melihat sisi lain dari Layne. "Melalui coretan dan renungan Layne yang tulus, kita bisa mengintip kedalaman emosional seorang pria yang memberikan begitu banyak dirinya kepada seni dan para penggemarnya, bahkan ketika dia berjuang melawan masalah pribadinya." Makin penasaran, kan? Buku ini sepertinya bukan cuma sekadar kumpulan tulisan, tetapi juga jendela untuk memahami perjuangan hidupnya.

Melalui buku ini, para penggemar, baik yang lama maupun yang baru, diharapkan dapat terhubung dengan sisi artistik dan kemanusiaan Layne dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Kisah hidupnya, yang diceritakan melalui kata-katanya sendiri, akan menjadi bukti kekuatan abadi musik, seni, dan semangat manusia. Siap-siap, nih, buat nangis haru!

Sebuah Pengingat dari Masa Lalu

Publikasi This Angry Pen ini juga mengingatkan kita pada buku Journals yang dirilis pada tahun 2002, kumpulan tulisan dan gambar dari mendiang vokalis Nirvana, Kurt Cobain. Nirvana dan Alice in Chains, bersama dengan Pearl Jam dan Soundgarden, sering disebut sebagai "Empat Besar" musik grunge. Reaksi terhadap Journals-nya Cobain saat itu cukup beragam. Bahkan putri Cobain, Frances Bean, sempat mengungkapkan penyesalannya atas publikasi buku tersebut. Wah, semoga buku Layne nggak bernasib sama, ya!

Lebih Dekat dengan Sang Legenda

Buku harian Layne Staley ini adalah kesempatan langka untuk mendekatkan diri dengan sosok yang selama ini hanya kita kenal dari musiknya. Ini bukan hanya tentang membaca kata-katanya, tetapi juga tentang merasakan emosinya, memahami perjuangannya, dan mengapresiasi karyanya dengan cara yang lebih mendalam. Lewat buku ini, kita bisa belajar banyak hal, terutama tentang bagaimana mengatasi masalah pribadi, tanpa harus kehilangan jati diri.

Jadi, siapkan dirimu! Bulan November sepertinya bakal jadi bulan yang cukup emosional bagi para penggemar Alice in Chains. Mari kita sambut This Angry Pen dengan hati terbuka dan pikiran yang penuh rasa ingin tahu. Siapa tahu, kita bisa menemukan inspirasi dan kekuatan dari kisah hidup seorang legenda.

Sampai Jumpa di Lembaran Berikutnya

Jangan lupa, buku ini bukan cuma buat penggemar berat Alice in Chains. Ini buat siapa saja yang suka musik, seni, atau sekadar ingin tahu lebih dalam tentang kehidupan seorang seniman. So, jangan lewatkan kesempatan emas ini, ya! Siapkan diri untuk terhanyut dalam kata-kata yang jujur dan penuh emosi.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Shift Bioscience Perluas Teknologi Sel Virtual Berbasis AI di Amerika Utara untuk Akselerasi Inovasi

Next Post

BGN Latih Ribuan untuk Percepat Program Makanan Bergizi Gratis: Dampak Sosial