Bebas Makan Bergizi vs Pendidikan Gratis: Siapa yang Sebenarnya Lapar?
Pernah nggak sih kamu mikir, kenapa sih anak-anak sekolah di Papua malah demo menolak program makan bergizi gratis? Bukannya enak tuh, bisa makan siang gratis, perut kenyang, semangat belajar? Ternyata, kenyataannya nggak sesederhana itu, gengs. Ini bukan sekadar soal nasi goreng atau bubur ayam, tapi ada isu yang lebih nendang dari sekadar urusan perut. Kejadian di Papua ini, ibaratnya, kayak drama Korea yang penuh lika-liku, cuma versi Indonesia.
Kisah bermula dari aksi demo ribuan siswa di Wamena, Papua Pegunungan, yang menolak program Makan Bergizi Gratis (MBG). Mereka turun ke jalan, bawa spanduk, teriak-teriak menuntut pendidikan gratis dan fasilitas sekolah yang layak. Polisi, seperti biasa, sigap mengamankan situasi. Tapi, cara amankannya kok pakai gas air mata dan kekerasan? Kan jadi nggak nyeni.
Pendidikan: Lebih Penting dari Nasi Bungkus?
Ternyata, yang mereka inginkan bukan sekadar perut kenyang doang, tapi akses pendidikan yang mudah dan berkualitas. Bayangin, hidup di daerah terpencil, sekolah susah, guru sering nggak masuk, fasilitas minim. Gimana mau belajar dengan tenang kalau akses dasarnya aja susah? Mereka lebih butuh pendidikan gratis, bukan nasi bungkus gratis.
Demonstrasi ini bukan cuma soal perut. Ini adalah luapan dari masalah pendidikan yang belum tuntas di Papua. Kalau cuma kasih makan gratis, tapi akses sekolahnya susah, sama aja bohong, kan? Ibaratnya, kasih ikan tapi nggak kasih kail. Lebih parah lagi sih, pas demo malah dibubarin paksa pakai kekerasan.
Jadi, Siapa yang Salah Paham?
Pemerintah, atau mungkin kita semua, kayaknya perlu sedikit melek nih. Jangan cuma fokus ngasih makan, tapi lupa sama akar masalahnya. Mungkin, pemerintah terlalu sibuk mikirin pencitraan, sampai lupa kalau pendidikan itu jauh lebih penting dari sekadar makan kenyang.
Para murid ini, yang masih semangat memperjuangkan haknya, sudah paham. Mereka butuh akses mudah ke sekolah, bukan cuma nasi bungkus. Mereka butuh guru yang berkualitas, fasilitas yang memadai, dan lingkungan belajar yang kondusif. Mereka butuh pendidikan gratis, bukan program makan yang kesannya cuma cari muka.
Kenapa Kita Semua Ikut Merasa?
Kita sebagai anak muda, generasi yang melek informasi dan punya akses ke mana saja, harusnya bisa ngeh sama isu ini. Jangan cuma sibuk scroll sosmed, tapi juga peduli sama apa yang terjadi di sekitar kita. Dukung perjuangan mereka, suarakan aspirasi mereka, dan jangan biarin mereka berjuang sendirian.
Refleksi Akhir: Apa yang Seharusnya Kamu Lakukan?
Jangan cuma jadi penonton. Kita bisa mulai dari hal kecil, misalnya mendukung gerakan pendidikan gratis, menyebarkan informasi yang benar, atau bahkan ikut menyuarakan aspirasi mereka di media sosial. Ingat, perubahan besar dimulai dari hal-hal kecil. Mungkin ini saatnya kita unfriend orang yang hobinya cuma pamer makan enak di sosmed, dan mulai follow akun-akun yang lebih peduli sama isu sosial.