Dark Mode Light Mode

Jejak Bloodborne Berlanjut? Sang Produser Dirikan Studio Sirius

Dunia game Jepang kembali bergejolak dengan kabar mengejutkan yang bikin para gamer penasaran setengah mati. Bayangkan saja, sosok di balik mahakarya kelam Bloodborne, Teruyuki Toriyama, baru saja mengibarkan bendera baru bersama dua rekannya. Mereka tidak main-main, tujuannya adalah mendirikan sebuah studio pengembangan game kelas dunia yang siap mengguncang industri. Getaran antisipasi mulai terasa, bukan?

Kisah ini dimulai dari sebuah perusahaan bernama Thirdverse, tempat di mana trio maut ini sebelumnya berkarya. Teruyuki Toriyama, bersama Tomohiro Suzuki dan Hideki Irie, merupakan bagian dari tim yang fokus menggarap game-game high-end, jenis permainan yang kompleks, mendalam, dan biasanya bikin kita lupa waktu (dan kadang lupa makan). Mereka adalah para artisan digital yang mendedikasikan diri pada kualitas dan pengalaman bermain premium. Lingkungan ini awalnya terasa ideal bagi talenta-talenta seperti mereka.

Namun, seperti plot twist dalam game RPG, arah angin di Thirdverse mulai berubah. Perusahaan ini memutuskan untuk menggeser fokus bisnisnya, beralih ke produksi game-game kasual. Tentu saja, game kasual punya pasarnya sendiri dan tidak ada yang salah dengan itu, tapi bagi tim yang DNA-nya adalah menciptakan pengalaman blockbuster, perubahan ini ibarat meminta koki fine dining untuk fokus jualan kentang goreng saja. Sebuah perubahan visi yang signifikan.

Menurut Hideki Irie, keputusan ini membuat mereka yang terbiasa ‘memasak' game high-end merasa perlu mencari dapur baru. Keinginan untuk terus melahirkan karya-karya ambisius tetap membara. Mereka tidak ingin terjebak dalam siklus pengembangan game yang lebih sederhana, meskipun mungkin lebih cepat menghasilkan profit. Passion mereka terletak pada tantangan dan kepuasan menciptakan sesuatu yang monumental.

Diskusi pun dilakukan secara baik-baik dengan CEO Thirdverse, Hironao Kunimitsu. Hasilnya? Sebuah perpisahan yang amicable alias damai sentosa, tanpa drama lempar kursi atau sabotase server. Mereka mendapatkan restu untuk mengejar mimpi mereka sendiri, membawa serta semangat dan keahlian yang telah terasah selama bertahun-tahun di industri game Jepang yang kompetitif ini. Ini adalah langkah berani, namun perlu.

Perpisahan dengan Thirdverse bukanlah akhir, melainkan sebuah gerbang menuju babak baru yang lebih menjanjikan. Keputusan untuk hengkang ini didasari oleh perbedaan filosofi yang mendasar mengenai arah pengembangan game. Tim ini merasa potensi mereka akan lebih maksimal jika tetap berada di jalur high-end game development, sebuah arena yang membutuhkan dedikasi, investasi besar, dan visi jangka panjang yang kuat. Mereka siap membangun dari nol lagi.

Langkah konkret pun diambil dengan sangat cepat. Trio visioner ini kemudian mendirikan Sirius Studio, sebuah nama yang terdengar megah dan penuh harapan, seperti bintang paling terang di langit malam. Studio yang berbasis di Tokyo ini resmi berdiri sebagai anak perusahaan dari Gz Group, menandakan adanya dukungan finansial dan infrastruktur yang cukup solid untuk memulai ambisi besar mereka.

Kelahiran Bintang Baru: Sirius Studio Mengambil Alih Panggung

Sirius Studio bukan sekadar nama baru di antara lautan developer game. Kehadirannya membawa angin segar sekaligus ekspektasi tinggi, terutama karena digawangi oleh veteran sekelas Toriyama, Suzuki, dan Irie. Mereka tidak datang dengan tangan kosong, melainkan dengan reputasi dan portofolio yang mengesankan, terutama asosiasi Toriyama dengan judul legendaris seperti Bloodborne. Ini adalah statement kuat sejak hari pertama.

Studio ini didirikan dengan sebuah prinsip yang cukup menarik di industri game modern: memprioritaskan independensi kreator. Artinya, para pengembang diharapkan memiliki kebebasan lebih besar dalam berekspresi dan mewujudkan visi kreatif mereka. Ini adalah antitesis dari lingkungan korporat yang terkadang terlalu kaku dan membatasi ruang gerak para seniman digital. Semoga saja ini bukan sekadar marketing gimmick, ya.

Tujuan utama Sirius Studio sudah sangat jelas: mengembangkan game-game high-end yang mampu membuat "hati para penggunanya bersinar". Sebuah metafora yang cukup puitis, tapi intinya mereka ingin menciptakan pengalaman bermain yang mendalam, berkesan, dan berkualitas tinggi. Lupakan sejenak game gacha atau puzzle sederhana; Sirius membidik liga yang berbeda, liga para raksasa konsol dan PC.

Fokus Utama: Konsol dan VR/XR Generasi Berikutnya

Sirius Studio telah menetapkan target platform mereka dengan cukup spesifik. Fokus utama akan diarahkan pada pengembangan game untuk konsol dan platform Virtual Reality (VR) / Extended Reality (XR). Pilihan ini menunjukkan ambisi mereka untuk bermain di ranah teknologi terdepanz dan menghadirkan pengalaman imersif yang saat ini sedang menjadi tren panas di kalangan gamer dan developer inovatif.

Keputusan untuk merambah dunia VR/XR patut dicermati. Meskipun pasarnya belum sebesar konsol tradisional, potensi teknologi ini untuk merevolusi cara kita bermain game sangatlah besar. Dengan dukungan sumber daya dari Gz Group dan talenta yang dimiliki, Sirius berpotensi menjadi pemain kunci dalam mendorong adopsi dan kualitas konten VR/XR high-end di masa depan. Siapa tahu, game VR sekelas Half-Life: Alyx berikutnya datang dari Jepang?

Selain platform, Sirius juga fleksibel dalam hal Intellectual Property (IP). Mereka berencana mengembangkan IP baru orisinal hasil kreasi internal studio, sekaligus terbuka untuk mengerjakan IP milik pihak ketiga. Fleksibilitas ini membuka peluang kolaborasi yang luas dan memungkinkan studio untuk mengasah kemampuan mereka di berbagai genre dan dunia game yang berbeda. Bayangkan saja kemungkinan kolaborasi impian yang bisa terjadi!

Mengapa Ini Penting? Harapan untuk Industri Game Jepang

Kehadiran Sirius Studio lebih dari sekadar berita bisnis biasa; ini adalah sinyal positif bagi ekosistem game high-end Jepang secara keseluruhan. Di tengah dominasi game mobile dan kasual, munculnya studio baru yang secara eksplisit mendedikasikan diri pada kualitas premium untuk konsol dan VR/XR adalah angin segar. Ini menunjukkan bahwa semangat untuk menciptakan masterpiece digital masih sangat kuat di Negeri Sakura.

Langkah Toriyama, Suzuki, dan Irie bisa dibilang menjadi inspirasi bagi para developer lain yang mungkin merasa ‘terjebak' dalam proyek yang tidak sesuai dengan passion mereka. Kisah Sirius membuktikan bahwa selalu ada jalan untuk mengejar visi idealis, bahkan jika itu berarti harus memulai dari awal lagi. Independensi kreator yang mereka junjung tinggi juga bisa menjadi benchmark baru bagi studio-studio lain di Jepang maupun global.

Antisipasi Tinggi: Apa yang Bisa Kita Harapkan dari Sirius?

Dengan rekam jejak para pendirinya, ekspektasi terhadap proyek perdana Sirius Studio tentu saja melambung tinggi. Apakah kita akan melihat penerus spiritual Bloodborne? Atau mungkin sebuah IP baru yang benar-benar fresh dan mendefinisikan ulang genre tertentu? Spekulasi pasti akan terus bergulir hingga pengumuman resmi pertama mereka datang. Dompet para gamer mungkin sudah mulai bergetar pelan membayangkan pre-order.

Pada akhirnya, pendirian Sirius Studio adalah kabar baik yang patut dirayakan oleh para penikmat game berkualitas. Ini adalah pertaruhan besar dari para veteran industri yang menolak berkompromi pada visi kreatif mereka. Kita hanya bisa berharap yang terbaik dan menantikan karya-karya "kelas dunia" yang mereka janjikan, yang diharapkan benar-benar dapat membuat hati para gamer bersinar terang seperti bintang Sirius di langit malam.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Sinyal Tinggalkan KF-21? Indonesia Lirik Proyek Jet Tempur Generasi ke-5 Turki

Next Post

Memastikan Kelulusan Rating Usia Game Global: Pekerjaan Niche yang Sangat Krusial