Dark Mode Light Mode

Jakarta Ubah Cuaca 8 Hari Demi Kurangi Hujan Deras

Jakarta dan Aksi Modifikasi Cuaca: Menari di Atas Awan atau Cuma Buang-Buang Duit?

Mungkin kamu pernah dengar soal modifikasi cuaca. Terdengar seperti adegan di film fiksi ilmiah, tapi ternyata ini beneran terjadi, bahkan di Jakarta. Pemerintah Jakarta baru-baru ini kembali menggelar operasi modifikasi cuaca dari 14 hingga 21 Februari. Pertanyaannya, seberapa efektif sih usaha ini, dan apakah kita cuma sedang melakukan drama di langit?

Hujan Buatan: Solusi Instan Atasi Banjir?

Bayangkan, langit Jakarta yang mendung dan lembapnya minta ampun, mencapai 90 persen kelembapannya! Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk "mengatur" cuaca, dengan harapan bisa mengurangi potensi banjir dan cuaca ekstrem. Tim gabungan, termasuk BMKG dan BPBD, turun tangan untuk menyebar 1.600 kilogram garam (NaCl) setiap harinya. Kayaknya sih, buat bikin hujan buatan. Sebenarnya, ada berapa banyak sih garam yang harus ditabur agar Jakarta tidak kebanjiran?

Operasi ini bukan yang pertama. Sebelumnya, tim serupa juga sudah beraksi di awal bulan Februari. Jadi, bisa dibilang ini sudah menjadi rutinitas. Mereka awalnya membidik langit sekitar Selat Sunda dan barat laut Jakarta, lalu bergeser ke arah barat daya. Mirip kayak ngejar diskon, nggak sih? Harus gercep, kalau nggak kebagian.

Garam di Udara: Antara Harapan dan Keraguan

Ide di balik modifikasi cuaca ini sebenarnya sederhana: menaburkan garam ke awan untuk memicu hujan. Harapannya, hujan yang turun bisa mengurangi kelembapan dan potensi banjir di Jakarta. Tapi, apakah ini solusi yang tepat sasaran? Apakah efeknya bertahan lama? Atau cuma bikin kita merasa sudah berbuat sesuatu, padahal masalah utamanya masih menggunung?

Pertanyaan-pertanyaan ini penting, mengingat anggaran yang dikeluarkan untuk operasi semacam ini, kan, lumayan. Kita semua tahu, uang rakyat bisa digunakan untuk banyak hal, mulai dari perbaikan infrastruktur hingga peningkatan kualitas hidup. Jangan sampai, uangnya malah terbuang percuma untuk "drama" di langit.

BMKG dan Prediksi Cuaca: Antara Ramalan dan Realita

BMKG sendiri memprediksi, hujan sedang akan mengguyur sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan beberapa wilayah lain hingga akhir Februari. Beberapa daerah bahkan berpotensi mengalami hujan lebat, seperti sebagian Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Nah, dengan prediksi seperti ini, sebenarnya seberapa krusial sih intervensi modifikasi cuaca ini?

Mungkin, modifikasi cuaca ini lebih tepat dianggap sebagai langkah antisipasi. Tapi, jangan sampai kita terlalu fokus pada solusi jangka pendek ini, dan melupakan akar masalah yang lebih besar. Misalnya, tata kelola lingkungan yang buruk, drainase yang tidak memadai, atau pembangunan yang tidak mempertimbangkan dampak lingkungan.

Jakarta: Kota yang Selalu Punya Cerita

Jakarta memang selalu punya cerita. Mulai dari kemacetan yang bikin emosi, polusi yang bikin sesak napas, hingga banjir yang seolah sudah menjadi bagian dari rutinitas. Modifikasi cuaca ini menjadi salah satu "bab" dalam cerita panjang ini. Tapi, yang terpenting, bagaimana kita sebagai warga Jakarta menyikapi semua ini.

Apakah kita hanya pasrah, atau ikut berpartisipasi mencari solusi yang lebih berkelanjutan? Apakah kita hanya fokus pada mitigasi bencana, atau juga berupaya mencegahnya dari sumbernya? Pilihan ada di tangan kita, Gen Z dan Milenial yang katanya punya segudang ide dan semangat perubahan.

Kita harus ingat, cuaca ekstrem adalah realita yang sudah dan akan terus kita hadapi. Tapi, jangan sampai kita terjebak dalam solusi instan yang justru menutupi masalah yang lebih mendasar.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Polling Pembaca Akhir Pekan: Dampak Harga Tiket Konser Metal Raksasa yang Selangit

Next Post

Pengembang Marvel Rivals 'Terbuka' untuk Rilis di Nintendo Switch 2 di Masa Depan