Dark Mode Light Mode
Rumah Impian yang Lebih dari Sekadar Ekspektasi
Dua Lipa Menang Gugatan Hak Cipta, Hakim AS Sebut Melodi ‘Levitating’ Tak Curi dari Lagu Disko 1979
Perjumpaan Lutheran-Pentakosta: Merangkai Bahasa Persatuan di Indonesia

Dua Lipa Menang Gugatan Hak Cipta, Hakim AS Sebut Melodi ‘Levitating’ Tak Curi dari Lagu Disko 1979

Dua Lipa's "Levitating" Melawan Tuduhan Plagiarisme: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Ketika sebuah lagu menjadi megahit, otomatis perhatian dunia tertuju padanya. Tapi, kadang-kadang, bukan hanya penggemar yang tertarik. Kasus hukum bisa muncul, seperti yang baru-baru ini dialami Dua Lipa, dengan lagu andalannya, "Levitating." Sebuah lagu yang memuncaki tangga lagu Billboard di tahun 2021 ini, menghadapi tuduhan plagiarisme. Wah, drama dunia musik memang tidak pernah membosankan, ya?

Latar belakang kasus ini sebenarnya sederhana, namun dampaknya bisa sangat besar bagi industri musik secara keseluruhan. Dua Lipa dituduh menjiplak lagu "Wiggle and Giggle All Night" yang dirilis tahun 1979. Terdengar familiar? Mungkin saja, karena memang banyak lagu pop yang terinspirasi dari era disko.

Para penggugat mengklaim bahwa "signature melody" dari "Levitating" terinspirasi dari lagu mereka. Namun, hakim memiliki pandangan berbeda, dan ini membuka diskusi yang lebih luas tentang bagaimana hukum hak cipta musik bekerja. Ini bukan hanya tentang satu lagu, tetapi juga tentang masa depan musik.

Kasus ini mengingatkan kita pada kasus Ed Sheeran dengan lagu "Thinking Out Loud," yang juga menghadapi tuduhan serupa. Pengadilan pada akhirnya memutuskan bahwa tidak ada pelanggaran hak cipta. Hal ini memberikan preseden baru dalam dunia hukum musik, yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam kasus Dua Lipa.

Pertanyaan kunci dalam kasus-kasus seperti ini adalah "substantial similarity." Apakah ada kesamaan yang signifikan antara kedua lagu, yang menunjukkan bahwa satu lagu menjiplak yang lain? Ini bukan hanya tentang kemiripan dalam nada, tetapi juga tentang struktur, melodi utama, dan elemen-elemen musikal lainnya.

Hakim menilai bahwa melodi yang dituduhkan mirip dengan "Wiggle and Giggle All Night" sebenarnya tidak bisa dilindungi. Hal ini karena elemen-elemen tersebut sudah sangat umum dalam musik, bahkan bisa ditemukan dalam karya-karya klasik seperti Mozart dan Rossini.

Argumen Kuat & Pembelaan Dua Lipa

Pihak Dua Lipa mengajukan beberapa argumen kuat untuk membela diri. Pertama, ketidakmungkinan Dua Lipa pernah mendengarkan "Wiggle" sebelum menciptakan "Levitating." Kedua, mereka berpendapat bahwa penggugat tidak bisa memonopoli elemen musik yang sangat umum, seperti penggunaan skala minor.

Selain itu, pengacara menyebut bahwa banyak hal yang dianggap mirip dalam kedua lagu sebenarnya sudah ada dalam berbagai genre musik. Misalnya, gaya musik "pop dengan nuansa disko" dan fungsi musik yang mengarah pada "hiburan dan menari" tidak dapat dilindungi secara eksklusif. Jika ya, kemajuan musik akan terhambat.

Penting untuk dicatat bahwa kasus ini bukan hanya tentang Dua Lipa. Ini juga tentang industri musik secara keseluruhan, dan bagaimana hukum hak cipta diterapkan. Keputusan pengadilan dapat berdampak signifikan pada penulis lagu, produser, dan musisi lainnya.

Kasus ini menyoroti pentingnya pemahaman yang mendalam tentang hukum hak cipta bagi para musisi. Di era digital ini, setiap lagu berpotensi menjadi target tuntutan plagiarisme. Oleh karena itu, para musisi perlu berhati-hati dalam menciptakan karya mereka, dan memahami batasan hukum.

"Substantial Similarity" vs. Inspirasi: Titik Krusial Persidangan

Salah satu poin krusial dalam kasus ini adalah definisi "substantial similarity." Ini adalah tolok ukur utama yang harus ditetapkan pengadilan untuk menentukan apakah terjadi pelanggaran hak cipta. Tingkat kesamaan yang harus dibuktikan sangat tinggi, dan pengadilan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti melodi, harmoni, ritme, dan struktur lagu.

Namun, di sisi lain, inspirasi dalam musik—mengadopsi ide atau gaya dari karya lain—adalah hal yang wajar dan bahkan mendorong kreativitas. Garis yang memisahkan inspirasi dan plagiarisme cukup tipis. Seorang musisi harus mampu menunjukkan bahwa karyanya orisinal, meskipun terinspirasi dari karya lain.

Dampak Keputusan Pengadilan & Implikasi Industri Musik

Keputusan pengadilan dalam kasus Dua Lipa memiliki dampak yang luas. Keputusan ini secara tidak langsung menegaskan batasan hak cipta musik. Ini menegaskan bahwa unsur-unsur musik yang umum tidak dapat dilindungi. Ini mendorong musisi untuk tidak khawatir saat membuat musik.

Industri musik akan terus berkembang karena musisi dapat fokus pada kreativitas, eksplorasi genre, dan penggabungan elemen musik yang berbeda. Namun demikian, musisi tetap harus memperhatikan karya mereka. Kita akan melihat bagaimana musisi menggunakan putusan pengadilan ini untuk membuat karya mereka.

Secara keseluruhan, kasus Dua Lipa melawan tuduhan plagiarisme "Levitating" adalah sebuah pengingat bahwa musik adalah sebuah bentuk seni yang kompleks dan dinamis. Ia terus berkembang dan menghadapi tantangan.

Sebagai penutup, kasus ini mengingatkan kita bahwa kreativitas musik dan perlindungan hak cipta adalah dua hal yang harus berjalan seiring.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Rumah Impian yang Lebih dari Sekadar Ekspektasi

Next Post

Perjumpaan Lutheran-Pentakosta: Merangkai Bahasa Persatuan di Indonesia