Drama Selingkuh Vs. Kesederhanaan Cinta: Benarkah Sesulit Itu Memilih?

Selingkuh bukan sekadar soal cinta, tapi soal ego. Kalau cinta itu sederhana, selingkuh ribet banget—baik dari segi emosional, sosial, hingga ekonomi. Jadi, kamu lebih pilih mana: hubungan yang ribet atau cinta yang damai?

Selingkuh sering kali dilihat sebagai dosa besar, sebuah kesalahan yang sepenuhnya ada di tangan pelaku. Tapi kalau kita gali lebih dalam, ternyata ceritanya nggak sesederhana itu. Si korban juga bukan satu-satunya pihak yang tersakiti. Lho, kok bisa? Apa iya kita bisa bilang kalau yang diselingkuhin itu 100% korban? Mungkin bukan korban mutlak, tapi justru salah satu bagian dari masalah yang bikin hubungan jadi berantakan.

Selingkuh itu masalah yang kompleks. Sering kali, yang jadi korban juga ikut andil dalam keretakan hubungan. Tentu ini bukan buat nyalahin korban, tapi buat ngasih pandangan yang lebih seimbang. Menurut Dr. Robert Weiss, seorang pakar psikoterapi hubungan, “perselingkuhan bukan hanya tentang seks atau ketertarikan fisik, tapi sering kali soal kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di dalam hubungan.”

Jadi, kalau hubungan udah mulai terasa hambar, bukan berarti selingkuh itu solusi. Yang lebih tepat adalah mengkomunikasikan masalah ini dengan pasangan, dan nyari cara buat memperbaiki hubungan.

Perasaan itu sendiri nggak pernah salah. Merasa bosan, tertarik sama orang baru, atau mulai merasa kurang puas dalam hubungan adalah hal yang wajar. Tapi yang salah adalah ketika kita membiarkan perasaan itu mendorong tindakan yang salah. Misalnya, kamu merasa hubungan udah nggak seru lagi, terus tiba-tiba ada orang lain yang bikin kamu tertarik. Apakah perasaan ini salah? Tentu nggak, karena itu wajar banget terjadi.

Yang salah adalah kalau kamu milih buat menuruti dorongan itu dan mulai selingkuh, alih-alih memperbaiki hubungan yang ada. Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah salah satu kunci untuk menjaga hubungan tetap sehat dan mencegah perselingkuhan. Jadi, solusinya bukan selingkuh, tapi ngobrol baik-baik dan cari solusi bersama.

Selingkuh sebenarnya soal ego. Ketika kamu selingkuh, yang kamu utamakan adalah kebutuhan dan kepuasan pribadi. Menurut Esther Perel, seorang pakar hubungan internasional, selingkuh sering kali bukan soal cinta atau ketertarikan fisik, tapi soal mencari validasi diri. “Orang sering kali mencari pengalaman yang membuat mereka merasa hidup lagi,” kata Perel.

Nah, ini bisa terjadi ketika seseorang merasa kurang dihargai atau kurang dipahami dalam hubungannya. Ego yang ngebuat kita jadi fokus sama diri sendiri, lupa sama pasangan. Tapi, ya itu tadi, selingkuh memang memuaskan ego, tapi ujung-ujungnya malah bikin kamu hidup dalam ketakutan dan kebohongan.

Di sisi lain, kesetiaan adalah tentang meluruhkan ego, mengesampingkan keinginan pribadi untuk memikirkan pasangan. Cinta yang sesungguhnya adalah ketika kamu bisa menahan diri dari godaan, karena kamu tahu hubunganmu lebih berharga daripada kesenangan sesaat.

Penelitian dari Journal of Social and Personal Relationships menunjukkan bahwa pasangan yang mampu menahan godaan eksternal dan menjaga kesetiaan cenderung memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi. Semakin kita bisa mengesampingkan ego, semakin besar kemungkinan hubungan itu akan langgeng dan bahagia.

Lucunya, di jaman sekarang, selingkuh juga semakin nggak praktis secara ekonomi. Dulu, mungkin ada orang yang bisa diam-diam kasih nafkah ke dua keluarga—satu keluarga resmi dan satu lagi keluarga rahasia. Tapi sekarang? Bayar cicilan rumah satu aja udah berat, apalagi buat dua keluarga!

Sebuah studi dari Pew Research Center menunjukkan bahwa tekanan ekonomi modern membuat lebih banyak orang fokus pada stabilitas keluarga inti ketimbang memikirkan hubungan di luar pernikahan. Jadi, kalau mau selingkuh, bukan cuma ribet secara emosional, tapi juga bisa bikin kantong jebol!

Kalau dipikir-pikir, cinta itu sebenarnya sederhana. Semakin kamu bisa mengendalikan ego dan fokus pada kebahagiaan pasangan, semakin damai hidupmu. Cinta sejati adalah soal kerja sama, bukan kompetisi. Dalam hubungan yang sehat, pasangan saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, bukan cuma memikirkan diri sendiri. Jadi, semakin kita bisa meluruhkan ego, semakin besar peluang kita untuk hidup damai dalam hubungan yang tulus.

Kesimpulannya, kamu lebih pilih yang mana? Hidup dalam hubungan yang ribet penuh drama, atau cinta yang sederhana, damai, dan tanpa kebohongan? Pilihan ada di tanganmu, tapi satu hal yang pasti: semakin besar ego yang kamu pelihara, semakin kecil kemungkinan hubungan itu akan bertahan.

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *