Dark Mode Light Mode

Dianggap Egois, Knee Beberkan 9 Borok Tekken 8 Season 2

Ironi di Awal Musim: Update Tekken 8 Season 2 Bikin Pemain Garuk-Garuk Kepala

Dunia fighting game kembali bergejolak, kali ini datang dari arena pertarungan Iron Fist Tournament. Rilisan update Tekken 8 Season 2 yang seharusnya membawa angin segar, justru menuai badai kritik dari para pemainnya. Alih-alih disambut dengan sorak-sorai, patch terbaru ini malah membuat kolom ulasan di Steam banjir dengan rating negatif, mencapai predikat "Overwhelmingly Negative" yang cukup bikin ngeri. Situasi ini menandakan adanya ketidakselarasan serius antara visi developer dengan ekspektasi komunitas pemain game fighting populer ini.

Reaksi negatif ini bukan hanya datang dari pemain kasual yang mungkin masih meraba-raba combo. Para pemain profesional, yang mendedikasikan waktu dan energi untuk menguasai seluk-beluk game, juga turut angkat bicara. Salah satu suara paling vokal datang dari DRX|Knee, seorang legenda hidup Tekken yang telah mengoleksi tiga gelar juara turnamen Evo. Feedback dari pemain sekaliber Knee tentu memiliki bobot tersendiri, mengingat pengalamannya yang mendalam di kancah kompetitif Tekken selama bertahun-tahun.

Knee tidak segan-segan membagikan pandangannya, bahkan dengan menyertakan footage pertandingan yang menunjukkan bagaimana karakter seperti Jin (dan sesekali Panda) mampu mendominasi lawan dengan gaya bermain yang menurutnya terasa "aneh". Ia menyoroti bahwa dominasi ini bukan lagi soal skill bermain agresif yang terukur, melainkan lebih kepada apa yang ia sebut sebagai gameplay "egois". Sebuah istilah yang cukup tajam untuk menggambarkan kondisi gameplay saat ini, di mana serangan membabi buta terasa lebih efektif ketimbang pertahanan yang solid.

Konsep "egois" ini merujuk pada banyaknya move atau serangan yang sangat plus on block (aman bahkan cenderung menguntungkan saat ditangkis lawan). Situasi ini, ditambah dengan kecepatan serangan yang sulit direspons secara reaktif, seringkali memaksa pemain bertahan masuk ke dalam skenario tebak-tebakan 50/50 yang menegangkan. Bayangkan saja, Anda baru saja berhasil menangkis serangan lawan, tapi alih-alih mendapat giliran menyerang, Anda justru dihadapkan pada pilihan sulit antara menangkis serangan atas atau bawah berikutnya, aduuh!

Knee juga memperkuat argumennya dengan menunjukkan video permainan Lars Alexandersson, di mana ia terlihat terus-menerus melancarkan serangan tanpa henti. Ia mengakui bahwa ini bukanlah gaya bermain yang ia inginkan, namun dalam kondisi meta Season 2 saat ini, strategi ofensif tanpa henti tersebut adalah pilihan "terbaik" atau paling efektif untuk meraih kemenangan. Hal ini seolah menyiratkan bahwa aspek pertahanan dan mind games yang dulu menjadi ciri khas Tekken, kini terasa kurang relevan atau bahkan terpinggirkan.

Kondisi ini diperparah dengan minimnya opsi untuk melakukan sidestep (gerakan menghindar ke samping) akibat banyaknya move tipe homing (serangan yang otomatis mengikuti arah lawan) yang juga aman saat ditangkis. Jika dulu sidestep adalah kunci untuk keluar dari tekanan dan menciptakan celah serangan balik, kini opsi tersebut terasa lebih berisiko. Akibatnya, pertahanan menjadi semakin sulit dan pemain seolah dipaksa untuk terus menerus menyerang atau ditekan habis-habisan.

Update Season 2: Hype atau Hampa?

Setelah memaparkan keresahannya melalui video dan cuitan singkat, Knee kemudian merilis daftar panjang berisi sembilan poin spesifik yang menjadi masalah utama dalam Tekken 8 Season 2 menurut pandangannya. Daftar ini memberikan gambaran lebih detail mengenai aspek-aspek apa saja yang dirasa "rusak" atau tidak seimbang pasca update. Mari kita coba bedah satu per satu keluhan sang juara ini, siapa tahu bisa jadi bahan diskusi sambil ngopi.

Pertama, Combo yang Terlalu Panjang dan Damage Keterlaluan. Knee merasa combo di Tekken 8, terutama setelah update, menjadi terlalu panjang dan menghasilkan damage yang tidak masuk akal. Pengenalan mekanik tailspin yang bisa dilakukan dua kali dalam satu combo dianggap sebagai biang keladinya. Ia bahkan menyarankan agar tailspin dibatasi hanya sekali per combo, mirip dengan sistem screw di Tekken 7, untuk menjaga durasi dan damage combo tetap reasonable.

Kedua, Penyederhanaan Mind Games. Contoh paling jelas adalah pada karakter Kazuya Mishima. Dulu, serangan andalannya lemah terhadap sidestep kiri, sehingga dibutuhkan skill tinggi untuk mengantisipasi dan menghukum gerakan tersebut. Namun, kini dengan penambahan move homing baru yang aman, aspek mind games seperti membaca kebiasaan sidestep lawan menjadi kurang signifikan. Menurut Knee, penyederhanaan seperti ini justru membuat fighting game menjadi cepat membosankan karena kedalaman strateginya berkurang.

Ketiga, Ketidakseimbangan Heat System. Mekanik Heat, yang menjadi fitur baru andalan Tekken 8, juga tak luput dari kritik. Knee menyoroti adanya ketidakseimbangan dalam penggunaan Heat. Ada karakter yang bisa memulihkan Heat Gauge dengan mudah, ada yang memiliki Heat Bar terlalu banyak, dan ada pula yang memiliki move super kuat saat dalam Heat Mode. Belum lagi banyak Heat Move yang risikonya kecil tapi reward-nya besar, membuatnya terasa tidak adil dan perlu penyesuaian agar lebih konsisten antar karakter.

Jeritan Hati Sang Juara: 9 Dosa Tekken 8?

Keempat, Hilangnya Pengetahuan Legacy. Beberapa interaksi fundamental yang sudah ada sejak seri Tekken sebelumnya dihilangkan. Misalnya, beberapa serangan udara kini tidak bisa di-low parry, atau beberapa move tipe hold (menahan tombol) tidak bisa di-parry seperti dulu. Penghilangan elemen-elemen legacy ini membatasi opsi taktis pemain dalam situasi tertentu dan menimbulkan pertanyaan: "Apakah perubahan ini benar-benar diperlukan?". Rasanya seperti membuang resep lama yang sudah terbukti enak.

Kelima, Terlalu Banyak Stance Sambungan dan Stance Heat Burst. Penambahan banyak transisi antar-stance (kuda-kuda) dan stance yang bisa langsung diaktifkan dengan Heat Burst dianggap membuat permainan menjadi rumit dan terlihat tidak alami. Knee berpendapat bahwa perubahan ini terasa dipaksakan dan justru membatasi gaya bermain karena pemain cenderung hanya akan menggunakan opsi stance yang paling broken atau paling mudah. Karakter jadi kayak lagi breakdance dadakan.

Keenam, Jangkauan Serangan Terlalu Jauh dan Plus Frame Berlebihan. Karakter yang menggunakan senjata atau memiliki jangkauan serangan panjang di beberapa move-nya terasa terlalu dominan dan perlu penyesuaian. Selain itu, banyaknya move yang memberikan plus frame sangat tinggi saat ditangkis (misalnya +7 atau +9) mendorong gaya bermain "egois" yang hanya fokus menyerang tanpa peduli pertahanan. Situasi ini tentu saja menimbulkan stres dan frustrasi bagi pemain yang berada di posisi bertahan.

Ketujuh, Terlalu Banyak Situasi 50/50. Akibat dari Heat Engager atau kondisi plus frame tinggi (+7 atau +9) setelah menangkis serangan, pemain seringkali dipaksa masuk ke dalam situasi 50/50 yang sulit ditebak. Heat Engager sendiri sudah memberikan damage dan memulihkan health, yang menurut Knee sudah merupakan reward besar. Memberikan frame advantage hingga +17 setelahnya terasa berlebihan dan terlalu memaksa lawan masuk ke dalam situasi tebak-tebakan yang menguntungkan penyerang. Kayak main tebak-tebakan berhadiah bogem mentah.

Gameplay ‘Egois' yang Bikin Pusing Tujuh Keliling

Kedelapan, Chip Damage yang Mengganggu. Chip damage (kerusakan kecil yang diterima meski sudah menangkis) menjadi keluhan banyak pemain, meskipun sepertinya kecil kemungkinan fitur ini akan dihilangkan. Knee berpendapat, tanpa chip damage, pemain setidaknya masih bisa bertahan meskipun terus menerus ditekan. Ia berharap setidaknya developer bisa mengurangi jumlah chip damage agar tidak terasa terlalu menyiksa, terutama karena menurutnya chip damage di Tekken 8 terasa lebih parah dibanding game fighting 2D lainnya. Defense jadi kayak pajangan doang.

Kesembilan, Arah Pengembangan yang Memudahkan Pemula Mengalahkan Veteran. Knee mempertanyakan arah desain game yang seolah-olah sengaja dibuat agar pemain baru atau pemula memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalahkan pemain veteran. Baginya, ini terasa kontradiktif dengan esensi fighting game, di mana investasi waktu dan usaha untuk mempelajari skill dan pengetahuan game seharusnya dihargai. Mengalahkan veteran seharusnya menjadi pencapaian yang diraih melalui peningkatan skill, bukan karena mekanik game yang terlalu menyederhanakan segalanya atau terlalu memberi kemudahan.

Masa Depan Tekken 8: Antara Harapan dan Kenyataan

Rentetan kritik pedas, terutama dari figur berpengaruh seperti Knee, tentu saja sampai ke telinga Bandai Namco. Pihak developer telah mengakui adanya feedback negatif dari para pemain dan menyatakan sedang meninjau ulang apa yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi "kesenjangan" antara visi mereka dengan pengalaman bermain para fans. Langkah ini patut diapresiasi, menunjukkan adanya itikad baik untuk mendengarkan suara komunitas. Namun, seberapa besar perubahan yang akan dan bisa dilakukan dalam beberapa bulan mendatang masih menjadi tanda tanya besar.

Pada akhirnya, nasib Tekken 8 Season 2 dan kelangsungan hidup komunitasnya, baik kasual maupun kompetitif, akan sangat bergantung pada respons dan tindakan nyata dari Bandai Namco. Apakah mereka akan melakukan penyesuaian signifikan berdasarkan feedback pemain, atau tetap pada pendirian awal mereka? Apapun keputusannya, satu hal yang pasti: keseimbangan antara inovasi dan menjaga esensi permainan inti adalah kunci untuk mempertahankan loyalitas pemain. Jangan sampai update yang niatnya baik malah bikin pemain pada cabut dini.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Bungie Akhirnya Ungkap Gameplay Perdana dan Tanggal Rilis Shooter Baru Marathon

Next Post

Disney Illusion Island - Trailer Preorder Resmi untuk PS5, Xbox, dan PC