Bad Company: Desolation Angels, Antara Mimpi Rock ‘n' Roll dan Realita yang Mulai Memudar
Gimana, sih, rasanya kalau ternyata band rock favorit kamu, yang lagunya selalu kamu putar keras-keras di kamar, ternyata mungkin udah mulai kehilangan sentuhan magisnya? Nah, kurang lebih itulah yang dirasakan para penggemar Bad Company saat album Desolation Angels meluncur di tahun 1979. Album kelima dari band blues-rock legendaris ini, ibarat rollercoaster emosi: ada kalanya bikin semangat, tapi di sisi lain, kok, terasa ada yang kurang, ya?
Bukan Cuma Sekadar Musik: Ada Kisah di Balik Desolation Angels
Album ini, yang namanya terinspirasi dari novel Jack Kerouac, memang punya cerita menarik. Bad Company, yang dulu dikenal dengan musik powerful dan raw, mencoba beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka berani memasukkan synthesizer dan sedikit sentuhan orkestra. Cuma, apakah upaya ini berhasil? Mari kita bedah satu per satu, sambil tetap santai kaya di pantai.
Pertama-tama, mari kita akui: suara powerhouse Paul Rodgers tetap jadi andalan. Vokalnya yang khas, yang bikin lagu-lagu Bad Company punya nyawa, sebenarnya masih oke banget. Tapi, something feels off, seolah-olah ada semacam fatigue alias kelelahan. Mungkin juga karena tren musik udah mulai berubah, ya? Punk mulai naik daun, sementara Bad Company, kayaknya, masih asyik dengan gaya rock '70-an mereka.
Rock ‘n' Roll Fantasy: Mimpi yang Jadi Nyata? Atau Cuma Ilusi?
Lagu pembuka, "Rock ‘n' Roll Fantasy", bisa dibilang jadi highlight album ini. Catchy, punya semangat membara, dan kayaknya sih, memang jadi lagu andalan di radio-radio. Tapi, apakah lagu ini cukup buat menyelamatkan album secara keseluruhan? Apakah lagu ini benar-benar mewakili semangat Bad Company yang dulu? Hmm…
Ada juga beberapa lagu lain yang lumayan enak didengar, seperti "Gone, Gone, Gone" dan "Evil Wind". Tapi, kalau mau jujur, vibes-nya tuh kayak lagi dengerin soundtrack film jadul. Enak sih, tapi kurang greget. Feels like something is missing, right?
Album of The Week Club: Antara Pujian dan Kritik
Album ini juga sempat jadi bahan diskusi seru di Album of the Week Club. Pendapat para anggota klub pun beragam. Ada yang bilang album ini bagus, ada yang bilang biasa aja, bahkan ada yang nyinyir bilang Bad Company udah out of touch. Nah, asyiknya, kita bisa lihat sendiri gimana mereka menilai album ini.
Ada yang Bilang Bagus!
Beberapa orang bilang Desolation Angels punya banyak variasi, tapi di sisi lain mereka juga setuju kalau album ini gak bisa ngalahin tiga album pertama Bad Company.
Ada yang Biasa Aja…
Beberapa menilai ada perubahan yang agak maksa di album ini. Suara Paul Rodgers masih bagus, tapi kurang bisa bikin album ini memorable.
Ada yang Kurang Sreg…
Ada salah seorang menyatakan album ini cuma lagu-lagu yang biasa aja. Bersenang-senang sih bisa, tapi kurang berkesan.
Oh, Atlanta: Sedikit Nostalgia, Banyak Kenangan
"Oh, Atlanta" adalah salah satu lagu yang cukup menonjol di album ini. Buat kamu yang suka musik country-ish, lagu ini mungkin bisa jadi obat kangen. Tapi, jujur aja, lagu ini kayaknya nggak begitu relate sama vibes album secara keseluruhan. But hey, selera orang beda-beda, kan?
Tapi, gimana, sih, pandangan para pengamat musik tentang album ini?
"By the time Bad Company released Desolation Angels, it was evident that even Rodgers and Ralphs were getting tired of their '70s-styled, conveyor-belt brand of rock & roll…" Kata mereka, perubahan gaya musik di album ini udah mulai terasa.
Terjebak di Antara Generasi: Antara Modern dan Jadul
Desolation Angels dirilis di saat yang tricky. Punk lagi jaya, musik disco juga lagi nge-hits. Bad Company, dengan gaya rock mereka yang klasik, jadi kayak out of place. Mereka nggak mau terlalu punk, tapi juga nggak bisa terus-terusan main aman kayak band-band dad rock lainnya. Tough choice, kan?
Desolation Angels: Bukan Akhir Segalanya, Tapi…
Album ini mungkin bukan yang terbaik dari Bad Company. Tapi, bukan berarti jelek juga, kok. Album ini masih punya beberapa lagu yang enak didengar dan layak masuk playlist kamu. Cuma, perhaps, inilah titik di mana Bad Company mulai meninggalkan masa kejayaan mereka.
Secara keseluruhan, Desolation Angels adalah album yang serviceable. Nggak buruk, tapi juga nggak istimewa. Album ini jadi bukti bahwa bahkan band rock legendaris pun bisa mengalami fase di mana spark-nya mulai redup. Tapi, ya, namanya juga seni, wajar kalau ada yang suka, ada yang kurang.