Dark Indonesia: Ketika Mimpi Buruk Jadi Kenyataan?
Bayangin, kamu lagi asik ngopi pagi, scroll timeline media sosial, eh tiba-tiba muncul berita demonstrasi "Dark Indonesia" di Melbourne. Kaget? Ya, sama. Tapi, apa sih sebenarnya yang bikin para mahasiswa Indonesia di Australia sampai turun ke jalan? Ternyata, mereka punya segudang keresahan terhadap pemerintahan baru.
Demonstrasi yang digelar di State Library of Victoria ini bukan cuma aksi spontan. Ada isu demokrasi, militerisme, dan kesejahteraan yang jadi sorotan utama. Menurut salah satu penyelenggara, pemerintahan sekarang dianggap menunjukkan gejala otoriter yang mengingatkan kita pada masa lalu. Wih, serem juga ya.
Kudeta Demokrasi: Ketika Kekuasaan Diputar Balik
Para demonstran melihat adanya upaya untuk kembali menerapkan gaya pemerintahan ala Orde Baru. Mereka khawatir reformasi dan demokrasi yang diperjuangkan dengan susah payah akan hilang begitu saja. Selain itu, ada juga tudingan mengenai penumpukan orang-orang dekat dengan kebijakan pemerintah yang sarat dengan kepentingan politik dan bisnis.
Koalisi ‘Maju' yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
Kemenangan koalisi pemerintahan di berbagai daerah menjadi bukti nyata bagaimana oligarki berkuasa. Mereka seolah-olah bisa mengendalikan dan memanipulasi sistem. Kayak main catur, tapi yang jadi bidak ya kita-kita ini. Ditambah lagi, melemahnya peran lembaga yudikatif dan legislatif.
Hakim-hakim di Bawah Kendali?
Intervensi pemerintah terhadap kebebasan hakim menjadi sorotan. Padahal, hakim seharusnya independen dan tidak memihak, bukan boneka pemerintah. Hal ini jelas mengancam prinsip checks and balances yang seharusnya jadi pondasi demokrasi. Bukan hanya kehakiman, parlemen dan KPK pun juga menjadi target pengawasan.
Kebebasan Berpendapat: Mimpi yang Makin Jauh?
Kebebasan pers dan menyampaikan pendapat juga disebut-sebut dalam ancaman. Pertemuan pemerintah dengan pemimpin redaksi media massa dianggap sebagai bentuk tekanan. Selain itu, pembatasan ruang berekspresi juga semakin terasa, mulai dari media sosial hingga diskusi sehari-hari. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk mengubah narasi publik. Mungkin nanti kita gak boleh ngomongin politik lagi di warung kopi.
Militer Masuk Dapur: Ketika Tentara Ikut Urusan Dapur
Gaya kepemimpinan yang mengarah pada militerisme juga menjadi perhatian. Ditambah dengan kebijakan untuk mengembalikan peran ganda TNI di berbagai sektor. Bahkan, militer juga terlibat dalam program-program pemerintahan, termasuk penyediaan makanan bergizi. Apa hubungannya coba?
Birokrasi Gemuk: Kabinet Raksasa yang Bikin Pusing
Pembentukan kabinet yang gemuk juga menjadi sorotan. Jumlahnya bahkan mencapai ratusan orang, yang dianggap hanya menguntungkan kalangan tertentu. Kebijakan yang diambil pun terkesan tanpa dasar ilmiah dan hanya menguntungkan pendukung. Ditambah lagi, praktik rangkap jabatan dan konflik kepentingan yang merajalela.
Kesejahteraan Terabaikan: Siapa Peduli?
Di tengah anggaran yang ketat, banyak layanan publik yang justru dipangkas. Anggaran untuk perlindungan anak, perempuan, dan penyandang disabilitas dikurangi drastis. Sementara itu, anggaran untuk pejabat tinggi malah dinaikkan, termasuk untuk perjalanan dinas ke luar negeri. Prioritasnya di mana sih sebenarnya?
Akademisi Terjebak: Kampus Kehilangan Suara Kritis?
Akademisi dan kampus juga ikut terseret dalam pusaran kepentingan. Mereka dipaksa untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan negara, sementara suara kritis kampus jadi hilang. Proyek ekstraktif juga semakin mengancam masyarakat rentan.
Mimpi Buruk yang Jadi Nyata
Semua yang terjadi ini membuat para demonstran khawatir. Mereka melihat tata kelola pemerintahan yang buruk, kebijakan yang asal-asalan, dan ketidakpedulian terhadap nasib rakyat. Mereka merasa bahwa good governance hanya menjadi slogan belaka. Mungkin kita semua lagi nonton film horor, tapi ini bukan fiksi.
So, gimana menurut kamu tentang semua ini? Apakah Dark Indonesia ini cuma mimpi buruk? Atau justru, ini adalah kenyataan yang harus kita hadapi bersama?