Dark Mode Light Mode

Debridemen dan Drainase Endoskopik Biportal Sisi Tunggal untuk Infeksi Lumbal: Pilihan Penanganan yang Efektif

Mengatasi Spondilodiskitis Lumbal dengan Endoskopi Biportal: Solusi Minim Invasif?

Spondilodiskitis, penyakit infeksi yang menyerang tulang belakang, memang bikin meriang. Bayangkan aja, diskus antar ruas tulang belakang kena infeksi, ditambah lagi badan kayak kena palu godam. Untungnya, perkembangan dunia medis terus ngebut, dan sekarang ada teknik bedah endoskopi biportal yang menawarkan solusi. Penyakit ini gak cuma bikin nyeri punggung hebat, tapi juga bisa menyebabkan ketidakstabilan tulang belakang, kelainan bentuk tulang belakang, bahkan kelumpuhan. Ngeri, kan? Pemicunya? Macam-macam, mulai dari kekebalan tubuh yang lemah, diabetes, penyakit kanker, sampai AIDS.

Penyakit spondilodiskitis ini juga seringkali muncul tiba-tiba, bisa karena infeksi yang menyebar dari bagian tubuh lain atau sebagai efek samping dari operasi atau prosedur diagnostik pada tulang belakang. Masalahnya, mendiagnosis dan mengobati spondilodiskitis lumayan tricky. Kita seringkali harus mengandalkan kultur darah atau biopsi yang dibantu CT scan. Namun, sensitivitas kultur darah yang rendah, dan selang drainase yang sering kali mampet, membuat penanganan penyakit ini jadi tantangan tersendiri.

Pengobatan standar biasanya fokus pada beberapa hal. Pertama, memberantas infeksi, kedua, melindungi fungsi saraf, dan terakhir, mengembalikan stabilitas tulang belakang. Terapi antibiotik konservatif, meskipun wajib, punya keterbatasan. Sifat anatomi diskus yang sulit ditembus obat juga jadi soal. Ya, kadang obat doang tuh gak cukup. Pilihan lain? Pembedahan terbuka. Metode ini cukup efektif untuk membersihkan jaringan yang terinfeksi dan menyatukan tulang. Tapi, jangan senang dulu. Prosedurnya panjang, traumatis bagi tubuh, dan pemulihannya lama.

Kelebihan Endoskopi: Operasi Lebih Ringan, Hasil Lebih Mantap

Nah, di sinilah muncul teknik bedah endoskopi, khususnya endoskopi biportal. Teknik ini mulai populer untuk mengobati penyakit tulang belakang degeneratif dan menjadi alternatif dari operasi terbuka. Prinsipnya, operasi endoskopi mencapai efek klinis yang sama dengan risiko cedera yang lebih rendah. Endoskopi biportal menggunakan endoskop fleksibel yang jauh lebih unggul daripada teknik endoskopi uniaxial. Mengapa? Karena visualisasi yang lebih jelas, manuver yang lebih fleksibel, dan instrumen bedah yang lebih mudah dioperasikan.

Endoskopi biportal menawarkan keuntungan seperti penglihatan yang lebih baik dan instrumen yang lebih mudah digunakan. Endoskopi ini bisa dimanipulasi terus-menerus dalam pandangan bedah yang lebih transparan dan dapat disesuaikan. Memudahkan kita untuk menghilangkan jaringan yang rusak, yang akan meningkatkan efisiensi pembedahan dan mengurangi cedera yang tidak diinginkan. Dengan begitu, endoskopi biportal memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan endoskopi uniaxial, terutama dalam mengobati spondilodiskitis lumbal.

Studi Kasus: Hasil Nyata dengan Endoskopi Biportal

Walaupun terlihat menjanjikan, literatur tentang efektivitas UBE buat spondilodiskitis lumbal masih terbatas. Tetapi, sebuah studi dilakukan oleh Wuxi Ninth People's Hospital untuk mempelajari teknik bedah dan hasil klinis serta radiologis yang terkait dengan debridemen UBE dan irigasi salin fisiologis. Penelitian ini melibatkan 16 pasien dengan spondilodiskitis lumbal yang menjalani prosedur UBE. Usia rata-rata pasien adalah 60 tahun. Mereka didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis yang meliputi peningkatan sel darah putih (WBC), laju endap darah (ESR), protein C-reaktif (CRP), serta pemeriksaan x-ray dan MRI.

Kriteria inklusi dan eksklusi yang ketat memastikan hasil studi yang lebih akurat. Termasuk pasien dengan nyeri punggung dan/atau nyeri menjalar yang disebabkan oleh spondilodiskitis lumbal tunggal, penyempitan ruang cakram pada sinar-X, dan temuan MRI yang konsisten. Pasien yang telah memenuhi kriteria eksklusi seperti tanpa gejala dengan abses prevertebral besar, kelumpuhan, dan tidak stabil tulang belakang juga merupakan pengecualian. Intinya, pasien harus memenuhi syarat tertentu agar hasil penelitian lebih valid.

Prosedur Pembedahan: Langkah demi Langkah

Prosedur dimulai dengan pasien diposisikan telungkup setelah anestesi umum. Kemudian, ruang antar ruas tulang belakang yang terkena infeksi ditentukan dengan fluoroskopi. Insisi dibuat, kemudian dilakukan pelebaran portal. Fluoroskopi intraoperatif memastikan dilator sequential bertemu di ruang antar ruas tulang belakang yang sakit. Radiofrekuensi plasma digunakan untuk mengendalikan pendarahan dan memisahkan jaringan lunak dari permukaan tulang, dan kemudian, dibuat ruang kerja.

Operasi dilanjutkan dengan hemilaminektomi menggunakan bor intan dan Kerrison rongeurs untuk memperlihatkan insersi ligamentum flavum (LF). Selain itu, bor harus mengikuti disartikulasi LF agar lebih efisien dalam menghancurkan tulang. Selanjutnya, dibor di sepanjang tepi medial dari proses artikular superior (SAP) dan tepi rostral dari lamina kaudal hingga mencapai insersi LF inferior. Setelah pengeboran tulang, dilakukan pelepasan insersi superior dan inferior LF, dan kemudian, dibuat robekan en bloc.

Kemudian, digunakan dissektor tumpul untuk memisahkan cakram yang terinfeksi dan kantung dural, karena peradangan dapat menyebabkan perlekatan di antara keduanya. Forceps nucleus pulposus digunakan untuk mengangkat nucleus pulposus yang terinfeksi, jaringan granulasi inflamasi, dan jaringan endplate yang rusak. Radiofrekuensi plasma diterapkan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan dinding abses di sekitar lesi. Salin digunakan untuk membilas ruang antar ruas tulang belakang secara konsisten. Setelah memeriksa akar saraf, dilakukan penempatan selang drainase, saluran dimasukkan ke ruang cakram antar ruas tulang belakang, dan difiksasi. Endoskopi dan saluran kerja ditarik, dan insisi ditutup.

Hasilnya? Nyeri Berkurang, Fungsi Membaik, dan Infeksi Teratasi

Hasilnya cukup menggembirakan. Delapan puluh tujuh setengah persen dari pasien mengalami perbaikan signifikan pada gejala punggung pasca operasi. Angka yang lumayan tinggi, kan? Skor ODI mereka menunjukkan peningkatan fungsi lumbal yang signifikan dan tetap stabil selama masa tindak lanjut. Selain itu, berdasarkan kriteria MacNab yang dimodifikasi, 87.50% peserta dinilai sangat baik atau baik. Dua pasien sisanya diobati dengan debridemen posterior dan fusi interbody autograft. Selama masa tindak lanjut, tidak ditemukan infeksi berulang atau komplikasi signifikan terkait operasi.

Bakteri penyebab berhasil diisolasi pada 13 dari 16 spesimen biopsi jaringan yang terinfeksi (81,25%). Sembilan pasien terinfeksi Staphylococcus aureus, lima strain sensitif oksasilin, dan empat lainnya resisten oksasilin. Sistemik antibiotik diberikan sesuai dengan studi sensitivitas untuk mengidentifikasi patogen. Pada tiga pasien lainnya, tidak ada patogen yang diisolasi. Antibotik spektrum luas diberikan pada pasien ini setelah operasi UBE. Empat belas (87.50%) pasien merespons positif terhadap operasi UBE dan berhasil diobati dengan injeksi antibiotik atau kemoterapi antimikroba penuh.

Selain itu, sebagian besar pasien mengalami penurunan kyphosis yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan stabilitas tulang belakang terjaga. CT scan tindak lanjut selama 12 bulan mengungkap fusi tulang antar ruas pada 10 kasus (62,5%). Pada pasien yang berhasil diobati, nilai CRP yang meningkat kembali normal dalam waktu satu hingga enam minggu (rata-rata 4,2 minggu). Sementara itu, ESR yang meningkat menurun secara tidak teratur menjadi setengah dari level pra-pengobatan dalam waktu 3 hingga 6 minggu (rata-rata 5,1 minggu).

Endoskopi biportal terbukti sukses dalam hal debridemen, peredaan nyeri punggung, dan diagnosis bakteriologis spondilodiskitis lumbalis. Prosedur ini juga bisa menjadi alternatif yang efektif untuk pasien yang responsnya kurang baik terhadap pengobatan konservatif. Singkatnya: endoskopi biportal adalah penyelamat bagi mereka yang merasa punggungnya sudah tidak bersahabat.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Ubisoft Shareholder Protest Over Hidden Acquisition Talks and Indonesian IP Concerns

Next Post

Lust For Life... Album Review: Kebangkitan yang Memabukkan dalam Bahasa Indonesia