The Gilmour Paradox: Antara Pink Floyd dan Me Time
Dunia musik emang penuh drama, ya? Tapi, ada satu nama yang selalu berhasil bikin kita penasaran: David Gilmour. Gitaris legendaris yang namanya udah melekat banget sama Pink Floyd ini, punya caranya sendiri buat bikin kita mikir. Bayangin aja, di tengah hingar bingar konser Pink Floyd yang spektakuler, Gilmour selalu tampil tenang dan fokus. Kayak lagi ngadepin skripsi, padahal cuma main gitar.
Dari dulu, image Gilmour emang udah kayak profesional plumber yang diandalkan. Nggak grusa-grusu, tapi hasilnya memuaskan. Dia nggak peduli sama gembar-gembor, cuma fokus sama musiknya. Tapi, di balik ketenangan itu, ada juga sisi manusiawinya.
Nggak Selalu Tenang: Rahasia di Balik Vibrato Gitar
Siapa sangka, di balik penampilan kalemnya itu, ada juga deg-degan yang nggak bisa disembunyiin. Gilmour pernah cerita, vibrato gitarnya di awal lagu "Shine On You Crazy Diamond" nggak se-smooth yang dia harapkan. Itu semua karena tangannya gemeteran. Udah kayak mau presentasi depan dosen killer aja, ya.
Saat itu, Gilmour lagi sibuk sama studio di rumahnya, ngurusin remix DVD konser Pink Floyd. Di tengah kesibukannya, dia juga harus mikirin gimana caranya bikin musik yang beda dari Pink Floyd. Emang nggak gampang, ya, jadi seniman.
Menghindari Bayang-Bayang: Solo Karier yang Menarik
Gilmour memutuskan buat solo, ninggalin bayang-bayang Pink Floyd. Dia mau eksplorasi musiknya tanpa batas. Nggak cuma bikin lagu sendiri, dia juga nyoba berbagai kolaborasi. Dari Paul McCartney sampai Dream Academy, semua dijajalnya. Mungkin ini caranya biar nggak bosen, ya.
Salah satu yang paling berani, Gilmour nyanyi lagu opera dari Bizet, "Je Crois Entendre Encore." Dia mengakui, awalnya nervous banget. Tapi, berkat dukungan istri dan paduan suara, Gilmour akhirnya pede buat nampilin lagu itu. Salut buat keberaniannya!
Syd Barrett: Hantu yang Tak Pernah Pergi
Satu hal yang nggak bisa lepas dari Gilmour dan Pink Floyd adalah Syd Barrett. Pendiri Pink Floyd yang punya pengaruh besar, tapi juga punya cerita kesedihan tersendiri. Dalam setiap show, selalu ada referensi buat Syd. Kayak hantu yang nggak pernah pergi, tapi juga jadi pengingat sejarah.
Gilmour mengakui, keberadaan Syd sangat penting buat Pink Floyd. Syd adalah alasan band itu terbentuk. Saat Syd mengalami masalah, Gilmour dan yang lain berusaha melanjutkan perjuangan tanpa Syd. Respect!
Album Paling Sempurna? Wish You Were Here!
Meski "Dark Side of the Moon" lebih sukses secara komersial, Gilmour justru lebih suka "Wish You Were Here." Menurutnya, album ini lebih sempurna. Gilmour merasa, di album ini, ide dan musiknya bener-bener nyatu. Beda banget ya sama kita yang kadang ide sama pelaksanaannya nggak sinkron.
Ada juga momen ketika Syd Barrett tiba-tiba muncul di studio saat mereka lagi mixing album. Gilmour bahkan nggak mengenali orang yang rambutnya gundul itu. Sungguh momen yang surreal!
Gilmour akhirnya memutuskan buat bikin album solo. Dia punya banyak materi musik yang harus dikembangin. Selain itu, dia juga minta bantuan istrinya buat bikin lirik. Keluarga emang segalanya, ya.
Radio jadi sumber inspirasi Gilmour buat update sama musik-musik baru. Meski begitu, Gilmour nggak tertarik buat manggung lagi bareng Pink Floyd. Dia merasa, udah waktunya buat fokus sama musiknya sendiri.
Bagi Gilmour, tampil lagi dengan membawakan lagu-lagu lama, kayak nggak ada tantangannya. Sekarang, yang dia mau adalah bikin musik yang bener-bener sesuai sama keinginannya. Mungkin inilah esensi dari kebebasan berkarya.