Danantara vs INA: Duel Maut Dua Dompet Negara yang Bikin Investor Penasaran
Pemerintah Indonesia kembali bikin gebrakan. Setelah sukses dengan Indonesia Investment Authority (INA) di tahun 2021, kini muncul abang baru bernama Danantara (Daya Anagata Nusantara). Tujuannya sih mulia, mengelola aset negara, menarik investasi, dan bikin ekonomi makin kinclong. Tapi, kehadiran dua SWF (Sovereign Wealth Fund) dalam waktu yang mepet ini, kok malah bikin kita garuk-garuk kepala, ya?
Panggung Sudah Siap, Tapi…
Danantara katanya mau fokus ngurusin aset-aset BUMN dan investasi strategis. Beda sama INA yang lebih asyik main di proyek infrastruktur, Danantara ini diharapkan lebih aktif "mempermak" BUMN yang kurang greget. Tujuannya? Biar BUMN-BUMN ini nggak cuma jadi beban, tapi juga bisa bikin gebrakan ekonomi. Tapi, kepikiran nggak sih, kalau dua SWF ini nggak kompak, bisa jadi malah ribet? Investor bisa bingung, dana bisa nggak efektif, dan ujung-ujungnya malah bikin susah.
Siapa Lebih Unggul? Danantara atau INA?
Nah, biar Danantara nggak cuma jadi macan ompong, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, tata kelolanya harus jelas, transparan, dan jauh dari intervensi politik. Jangan sampai Danantara ini cuma jadi perpanjangan tangan pemerintah. Kedua, strategi investasinya harus beda sama INA. INA kan udah keren narik investor asing buat bangun infrastruktur. Nah, Danantara bisa nih fokus ke sektor-sektor yang butuh suntikan dana segar, kayak revitalisasi BUMN, investasi di sektor yang lagi naik daun, atau ngurusin aset-aset negara biar makin efisien.
Meniru Sukses CIC: Pelajaran Berharga Buat Danantara
Indonesia bisa belajar banyak dari China Investment Corporation (CIC), salah satu SWF tersukses di dunia, yang udah ngelola aset lebih dari $1,35 triliun. Rahasianya? CIC punya strategi diversifikasi global yang mantap. Mereka nggak cuma fokus di dalam negeri, tapi juga main di pasar internasional. Hasilnya? Lebih stabil, risiko lebih kecil, dan cuan terus mengalir.
CIC juga punya tata kelola yang patut diacungi jempol. Mereka punya komitmen kuat terhadap transparansi dan akuntabilitas, bahkan di negara yang seringkali moncongnya lebih serem dari omongan. Meski milik negara, CIC tetap independen dan profesional dalam mengambil keputusan investasi. Dengan meniru CIC, Danantara diharapkan bisa membangun kepercayaan investor global, yang ujung-ujungnya bisa bikin Indonesia makin seksi di mata investor.
Jangan Sampai Salah Langkah: Tantangan Danantara di Depan Mata
Tapi, Danantara juga nggak lepas dari risiko. Salah satunya adalah soal keuangan. Jangan sampai Danantara cuma ngandelin suntikan dana dari pemerintah, akhirnya malah jadi beban negara. Danantara harus bisa mandiri dan menghasilkan keuntungan dari investasi.
Risiko lain adalah ketidakpastian regulasi. Indonesia masih harus terus membenahi regulasi terkait SWF. Kalau aturannya nggak jelas, investor bisa mundur teratur. Pemerintah harus bikin aturan yang jelas, konsisten, dan bikin investor nyaman.
Menjaga Potensi untuk Ekonomi Indonesia
Danantara punya potensi besar untuk jadi pemain penting dalam dunia investasi. Tapi, semua itu tergantung pada bagaimana Danantara dikelola. Kalau Danantara bisa bedain diri dari INA, fokus pada tujuan yang jelas, dan menjaga transparansi, ini bisa jadi game changer buat ekonomi Indonesia. Tapi, kalau salah langkah, Danantara bisa cuma jadi lembaga negara yang nggak jelas fungsinya.
Kesimpulan Tanpa Kata Penutup
Jadi, gimana nih nasib Danantara? Akankah ia bisa unjuk gigi, atau malah jadi macan ompong jilid dua? Waktu yang akan menjawab.