Marvel vs. Capcom: Bisakah Kita Berharap untuk Sebuah Kebangkitan?
Tren game dewasa ini memang lebih suka bikin penasaran, ya kan? Beberapa bulan terakhir, dunia gaming dibuat heboh dengan kesuksesan fenomenal Marvel Rivals dari NetEase. Iya, game yang disebut-sebut sebagai kloningannya Overwatch tapi dengan jagoan Marvel. Kok bisa sih, game macam ini malah jadi pusat perhatian? Padahal, ranah game fighting udah punya sejarah panjang yang bikin pemainnya loyal.
Game ini emang langsung nge-hits dengan jumlah pemain yang bikin geleng-geleng kepala dan update konten yang nggak ada berhentinya. Tapi, apa hubungannya sama game fighting? Jawabannya, bisa jadi banyak banget. Apalagi buat kamu yang tumbuh besar dengan hype Marvel vs. Capcom, pasti paham banget betapa dahsyatnya dampak seri ini di dunia fighting game, khususnya di Amerika Utara. Dari X-Men vs. Street Fighter tahun 1996, sampai Marvel vs. Capcom 2 yang jadi puncak kejayaan di arcade.
Sejak saat itu, Marvel makin menggurita berkat kesuksesan Marvel Cinematic Universe (meski belakangan kayaknya mulai adem, nih). Sementara itu, game fighting juga terus berinovasi, bahkan mungkin lagi ada di masa keemasan. Banyak judul baru dan kembalinya seri legendaris kayak Street Fighter dari Capcom.
Selain itu, Marvel vs. Capcom Fighting Collection: Arcade Classics, yang baru rilis juga dilaporkan "laku sesuai rencana" dan bahkan masuk 20 besar tangga penjualan game di AS. Ini nunjukkin, koleksi game jadul aja masih bisa bikin penasaran.
Kenapa Enggak Ada Marvel vs. Capcom Baru?
Nah, pertanyaan besarnya, kenapa nggak ada game Marvel vs. Capcom baru yang bisa memanfaatkan momentum ini? Jawabannya mungkin klise, karena mereka udah pernah nyoba di tahun 2017 dengan Marvel vs. Capcom: Infinite, dan hasilnya kurang memuaskan. Tapi, komunitas tetap semangat, kok. Buktinya, ada mod fan-made, Marvel vs. Capcom: Infinite & Beyond, yang berhasil membangkitkan lagi minat pemain.
Yuk, kita bedah beberapa masalah yang dihadapi Marvel vs. Capcom: Infinite dan gimana masalah itu bisa jadi nggak relevan lagi kalau mereka mau bikin game fighting baru.
Roster yang Nggak "Nendang"
Oke, jujur aja, salah satu hal yang paling bikin orang ilfeel sama Marvel vs. Capcom: Infinite adalah roster karakternya yang kurang nendang. Roster-nya nggak cuma lebih dikit dari Ultimate Marvel vs. Capcom 3 (50 karakter), tapi juga lebih sedikit dari Marvel vs. Capcom 3 (36 karakter). Di Infinite, cuma ada 30 karakter yang bisa dipilih, padahal asetnya banyak yang sama dari game sebelumnya.
Masalahnya, bukan cuma soal jumlah, tapi juga pilihan karakternya. Di sisi Capcom sih lumayanlah, karakter favorit dan yang diharapkan banyak yang balik, bahkan ada karakter yang emang udah lama nggak muncul kayak Mega Man X.
X-Men, Di Mana?
Nah, di sisi Marvel… astaga. Mereka terlalu fokus sama properti yang lagi nge-hits, yaitu Marvel Cinematic Universe. Akibatnya, hilanglah esensi dari Marvel vs. Capcom – yaitu X-Men.
Waktu itu, Marvel (atau lebih tepatnya, perusahaan induk mereka, Disney) belum punya hak film atas X-Men. Jadi, karakter yang berkaitan sama X-Men langsung dicoret dari roster, bikin fans yang tumbuh besar dengan X-Men vs. Street Fighter atau Marvel vs. Capcom 2 (yang isinya penuh jagoan mutan) gigit jari.
Ditambah lagi, ada kutipan ikonik tentang "karakter cuma fungsi," yang malah bikin api kemarahan fans makin membara.
Perubahan Besar dalam Hak Cipta
Untungnya, sekarang situasinya udah beda banget. Setelah Disney mengakuisisi Fox, hak X-Men sepenuhnya jadi milik Marvel. Satu-satunya hak yang belum sepenuhnya mereka kuasai buat keperluan sinematik adalah Spider-Man, tapi mereka punya kesepakatan bagus sama Sony, jadi mereka punya insentif kuat buat terus nge-promosiin karakter ini.
Dan, sekarang? Di Marvel Rivals, X-Men banyak banget! Hampir semua karakter favorit dari Marvel vs. Capcom (kecuali Sentinel) ada di sana, kayak Magneto, Wolverine, Storm, dan Psylocke.
Musik yang Kurang "Nge-Blend"
Guys, meskipun banyak yang bilang "siapa sih yang peduli sama musik di game fighting?", nyatanya banyak juga yang peduli. Kita udah sering lihat, game baru biasanya pakai soundtrack dari game lama, kalau-kalau musik barunya nggak sesuai sama selera.
Musik di Marvel vs. Capcom: Infinite, walau bukan masalah utama, tapi banyak yang nggak suka. Soundtrack Marvel vs. Capcom 3 mendapat pujian luar biasa, tapi musik di Infinite…? Well, nggak banyak yang suka.
Kontroversi utamanya adalah, mereka mengganti tema klasik dari karakter Marvel yang udah lama ada, kayak Captain America, Iron Man, dan Spider-Man, dengan musik ambient yang kesannya mau ngejar nuansa film Avengers… yang akhirnya malah nggak begitu menonjol.
Musiknya juga kurang punya "jiwa". Musik Capcom sih masih oke, karena dasarnya sama kayak tema yang kita kenal dan cintai. Tapi, musik Marvel-nya, duh, nggak banget.
Musik yang Bikin Semangat dan Cocok
Dengan rilis terbaru Marvel, yaitu Marvel Rivals, musiknya malah jadi salah satu hal yang diingat setelah main. Melodinya nggak panjang, nggak jadi tema utuh, tapi ada aransemen musik yang bikin semangat dan ningkatin aksi di layar.
Memang sih, penilaian musik Marvel Rivals itu subjektif, tapi intinya musiknya ada buat ningkatin aksi, bukan jadi backsound yang membosankan. Singkatnya, musiknya oke banget, pas buat game.
Anggaran yang Kurang Memadai
Soal anggaran, baik itu roster yang lebih sedikit, aset yang dipakai ulang, atau kualitas visual yang kurang bagus dibanding proyek lain, satu hal yang jelas – anggaran Marvel vs. Capcom: Infinite terkesan kurang.
Ada banyak meme tentang karakter yang diekspos, termasuk Dante, Spencer, dan Chun-Li (yang untungnya diperbaiki sebelum rilis, tapi udah ninggalin kesan buruk). Secara keseluruhan, game ini nggak punya "rasa" yang halus.
Sebaliknya, proyek game Marvel sekarang, mau kamu suka atau nggak, punya polish yang bagus. Contohnya Marvel Rivals, atau game lain kayak Spider-Man dari Insomniac Games atau Marvel Snap.
Semuanya punya visi yang jelas, dan anggaran yang dialokasikan dengan benar untuk bikin game yang menarik pemain, nggak cuma karena karakter Marvel-nya aja.
Gaya Visual yang Konsisten
Gaya visual yang konsisten itu berhubungan langsung sama anggaran dan visi yang jelas. Marvel Rivals nunjukkin niat yang jelas dengan gaya visualnya. Walaupun semua karakternya mungkin nggak mirip sama versi komik favoritmu, tapi mereka terasa banget kayak karakter komik.
Inilah yang bikin game Marvel vs. Capcom terasa kayak dulu, dan yang coba dikembalikan sama mod fan-made Marvel vs. Capcom: Infinite & Beyond. Rasa konsisten dari game bergaya komik ini sangat hilang di versi aslinya, tapi proyek terbaru Marvel Rivals punya kelebihan itu.
Jelas banget, siapa pun yang punya andil di game Marvel sekarang, atau setidaknya yang setuju sama Marvel Rivals, punya pemahaman yang bagus soal apa yang diinginkan orang dari game komik, dan gaya visual yang bagus sangat membantu.
Faktanya, alasan utama kenapa kita masih suka sama game Marvel vs. Capcom lama adalah karena tampilan X-Men vs. Street Fighter dan Marvel Super Heroes yang bagus banget.
Gaya visual yang bagus nggak harus butuh anggaran besar, tapi pasti ngebantu. Fakta bahwa Marvel udah nggak pelit lagi soal uang buat game, ini nunjukkin mereka peduli.
Game sebagai Layanan?
Nah, yang satu ini agak kontroversial, nih, dan bisa aja bikin banyak orang nggak setuju. Tapi, "game sebagai layanan" alias GaaS, udah jadi kenyataan dan sepertinya nggak bakal hilang dalam waktu dekat.
Meski format ini belum banyak dicoba di dunia game fighting (contoh yang menonjol cuma MultiVersus, yang sayangnya mau ditutup setelah season ke-5), kita bakal makin sering lihat model ini, kayak game 2XKO berbasis League of Legends yang sepertinya pakai model distribusi serupa.
Memang sih, game gratis di mana kamu bayar buat cosmetic dan konten tambahan, belum tentu cocok buat pemain game fighting, tapi sepertinya perusahaan nggak bakal berhenti mencoba.
Bahkan game berbayar kayak Street Fighter 6 dan Tekken 8 udah nge-integrasiin bagian dari model ini, misalnya dengan Battle Pass buat ngebuka konten tambahan.
Mengingat Marvel Rivals sukses banget dengan model ini, nggak heran kalau Marvel bakal mendorong GaaS lebih jauh, entah dengan kerja bareng Capcom lagi, atau jalan sendiri dengan NetEase, atau partner lain untuk bikin game fighting yang sepenuhnya milik Marvel.
Bagaimanapun juga, pendekatan Marvel Comics ke dunia game udah berubah banget sejak Disney mengakuisisi Marvel. Buat fans Marvel? Ini bagus banget. Buat fans game fighting? Kita lihat aja nanti. Tapi, besar kemungkinan ada sesuatu yang menarik di balik layar yang bakal diungkap beberapa tahun ke depan.