Dark Mode Light Mode

Copeland’s Indonesian Wild Concerto: A Reunion and Revelation

The Police: Dari Flat Sting Hingga Konser Liar, Sebuah Catatan Kilas Balik yang Menyentil

Kamu pernah nggak sih, lagi asyik dengerin lagu, tiba-tiba kepikiran, "Gimana ya, band favorit gue dulu waktu awal-awal bikin album?" Nah, artikel ini bakal ngajak kamu nostalgia, khususnya buat para penggemar The Police. Kita akan sedikit ngintip ke balik layar, dari foto pertama mereka yang legendaris, sampai proyek musik unik yang melibatkan suara alam. Dijamin deh, bakal bikin kamu mikir, "Wow, ternyata segitu ya perjalanan mereka."

Bayangin, tahun 1977, di sebuah flat sederhana milik Sting di Leicester Square. Di sanalah, foto pertama original line-up The Police diabadikan, tepat setelah mereka ngusir gitaris Hendy Padovani. Foto ini bukan cuma sekadar jepretan biasa, tapi juga sejarah yang menunjukkan perubahan, awal dari perjalanan menuju puncak kesuksesan. Siapa sangka, dari trio yang sempat kelimpungan ini, akan lahir salah satu band terbesar di dunia?

Ketika Drummer Jadi Fotografer: Kisah di Balik Lensa Stewart Copeland

Foto bersejarah itu ternyata hasil jepretan teman Stewart Copeland, Lawrence Impey. Jadi, selain jago nge-drum, Copeland juga punya teman yang jago motret. Keren, ya? Buku baru Impey yang berjudul "The Police Lineup," akan menampilkan foto-foto langka ini. Buat kamu yang penasaran, jangan sampai kelewatan buat pre-order, ya! Siapa tahu ada foto-foto lain yang lebih mengejutkan.

Copeland sendiri, dalam kilas balik, sempat bercerita tentang "pemecatan" Hendy. Ada drama sedikit, ya, namanya juga band. Tapi, dari kejadian itu, The Police justru semakin solid, dan langsung tancap gas meroketkan nama mereka. Kebayang nggak sih, kalau waktu itu Hendy nggak keluar, mungkin sejarah musik dunia akan berbeda?

Menggabungkan Musik dan Alam: Proyek Liar Stewart Copeland

Tapi, cerita Copeland nggak berhenti sampai di situ. Drummer yang satu ini ternyata punya jiwa petualang banget. Sekarang, dia lagi sibuk dengan proyek musik kolaborasi unik dengan naturalis Inggris, Martyn Stewart, yang dijuluki "The David Attenborough of Sound." Mereka berdua membuat album berjudul "Wild Concerto." Penasaran nggak, apa jadinya kalau musik ketemu suara alam?

Album ini, katanya sih, bakal menceritakan migrasi burung Arctic tern, yang perjalanannya aja udah luar biasa, dari Kutub Utara sampai ke Antartika. Copeland menggabungkan rekaman suara alam dari Stewart dengan aransemen orkestra dan beat drum khasnya. Jangan kaget kalau kamu merasa kayak lagi nonton film dokumenter sambil dengerin konser musik, ya.

Burung Pipit yang Bahagia: Single Pembuka "Wild Concerto"

Sebagai pemanasan, mereka udah ngerilis single berjudul "White Throated Sparrow." Dengerin deh, kira-kira burung pipit ini lagi mikirin apa hingga menghasilkan nada-nada indah. Album "Wild Concerto" sendiri rencananya bakal dirilis pada 18 April mendatang. Buat kamu yang pengen sesuatu yang beda, proyek ini patut ditunggu. Dari deskripsi Stewart Copeland, sepertinya ia telah menemukan rumah baru yang unik.

Melihat Lebih Jauh: Opini dan Sentilan Ringan

Menarik, ya, gimana seorang musisi bisa berpikir di luar kotak kayak gini. Mungkin ini yang bikin The Police bisa bertahan dan terus menginspirasi sampai sekarang. Kita bisa belajar dari mereka, bahwa seni itu nggak cuma soal bikin lagu yang enak didenger, tapi juga soal kreativitas tanpa batas dan keberanian untuk mencoba hal-hal baru.

Ngomong-ngomong soal kreativitas, kadang-kadang, kita suka terlalu terpaku sama satu genre atau gaya aja. Padahal, dunia musik itu luas banget, dan banyak banget hal menarik yang bisa kita eksplorasi. Coba deh, sesekali keluar dari zona nyaman, dengerin musik yang nggak biasa buat kamu, siapa tahu kamu menemukan sesuatu yang baru yang bikin semangat.

Merenungkan Legasi: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

The Police, dengan segala sejarah dan kejutan yang mereka berikan, adalah contoh nyata bahwa konsistensi dan inovasi itu penting banget. Mereka nggak cuma ngandelin satu formula aja, tapi terus-menerus bereksperimen dan mencari terobosan-terobosan baru.

Dari kisah The Police, kita bisa belajar bahwa perjalanan itu justru lebih penting daripada sekadar tujuan. Jangan takut nyoba hal baru, jangan takut gagal, dan jangan pernah berhenti berkembang. Karena, siapa tahu, dari kesalahan dan kegagalan itulah kita bisa menemukan sesuatu yang luar biasa.

Ke Depan: Musik Sebagai Cermin Perubahan

Gimana menurut kamu? Apakah musik masih relevan di zaman sekarang? Tentu saja! Musik bukan cuma sekadar hiburan, tapi juga cermin dari perubahan zaman. Ia bisa menginspirasi, menggerakkan, dan mengajak kita untuk terus berpikir dan berkarya.

Mari kita tunggu, gebrakan-gebrakan baru dari para musisi, termasuk dari seorang Stewart Copeland, yang terus menjelajahi berbagai kemungkinan. Siapa tahu, akan ada kejutan-kejutan lain yang akan mengubah cara kita memandang musik. Dan, yang terpenting, jangan lupa untuk terus menikmati musik, dalam bentuk apapun dan dari siapapun.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Irisin Meredam Kardiotoksisitas Akibat Doxorubicin dengan Mengurangi Stres Oksidatif

Next Post

Polri dan Kemenkumham Bersinergi Berantas Peredaran Narkoba di Lapas