7 Ways to… Oops! Sebuah Kisah Musik yang Hampir Sempurna
Pernahkah kamu merasa seolah-olah hidupmu adalah naskah drama komedi yang ditulis oleh seorang penulis naskah yang suka troll? Mungkin kisah tentang grup musik dance yang namanya diambil dari minuman bersoda ini bisa mewakili perasaan itu. Kisah ini dimulai dengan ambisi tinggi, sedikit keberuntungan, dan berakhir dengan beberapa momen yang bikin geleng-geleng kepala. Mari kita mulai.
Pada awal tahun 1991, grup musik St Etienne melakukan tur klub. Mereka terinspirasi oleh hype musik dance yang saat itu sedang naik daun. Mereka berpikir, "Kita juga bisa, nih, bikin lagu yang bikin orang joget di klub." Akhirnya, mereka menciptakan lagu yang simple, dengan hook yang mudah diingat.
Awalnya, vokalisnya adalah Sarah Cracknell. St Etienne kemudian merilis rekaman promo label putih mereka sendiri dan berkeliling London untuk membagikannya ke toko-toko musik. Percaya diri banget, mereka bahkan merasa lagu ini akan menjadi hits besar. Tapi, namanya juga hidup, ternyata ada drama tak terduga.
Tak lama setelah merilis batch kedua rekaman, lagu tersebut dilirik oleh Arista yang ingin mengontrak mereka. Masalahnya, mereka sudah terikat kontrak dengan label lain. Jadilah, mereka harus merekam ulang lagu tersebut. Sarah menyarankan temannya, Janey Lee Grace, untuk menggantikan posisinya sebagai vokalis.
Demi menjaga identitas, mereka menggunakan nama samaran Cola Boy. Tapi, ketika lagu itu mulai populer, mereka sadar harus tampil live di klub untuk mempromosikannya. Akhirnya, mereka merekrut seorang teman untuk menjadi "Cola Boy". Rilisnya lagu ini juga kebetulan bersamaan dengan lagu "Gypsy Woman (La Da Dee)" dari Crystal Waters. Mixmag bahkan menjagokan keduanya sebagai single paling hot minggu itu.
Ketika Impian Menari di Atas Panggung Sirna
Saat Cola Boy tampil di acara musik TV populer, Top of the Pops, Pete dan yang lainnya berasumsi mereka bisa masuk begitu saja ke studio. Tapi, ternyata mereka tidak diizinkan masuk! Jadi, mereka harus menontonnya dari rumah. Sungguh aneh melihat salah satu teman baik mereka tampil di TV. Bagi mereka yang tumbuh besar dengan musik era Brill Building pop, terlibat dalam proyek, mengajak teman, dan akhirnya bisa tampil di Top of the Pops adalah hal yang sangat seru.
Janey Lee Grace, yang dulu pernah jadi penyanyi latar Wham!, berbagi pengalamannya. Ia dipecat dari grup musik "Wilsation" karena menolak memotong pendek rambutnya dan mewarnainya kuning. Setelah ditelepon oleh St Etienne, ia harus menempuh perjalanan dua jam untuk recording session yang hanya berlangsung 50 menit.
Janey hanya diminta menyanyikan bagian "7 Ways to Love" dan memberikan ad-libs. Tidak ada penjelasan tentang verse atau chorus. Tapi, itulah yang terjadi. Ia mengaku sangat beruntung bisa pergi ke berbagai klub rave tanpa harus mengemudi jarak jauh. Ia bisa datang, tampil sebentar, dan dibayar! Bahkan Take That sempat mendukung penampilan mereka di beberapa kesempatan.
Fashion Fail dan Insiden Kostum yang Memalukan
Ketika melakukan pemotretan untuk majalah Smash Hits, Janey meminta gaya vintage ala tahun 60-an. Namun, stylist malah membawakan koper kecil berisi rollneck jumper berwarna mustard dan rok tartan di bawah lutut. Akhirnya, ia memakai jaket biker milik fotografer dan rambutnya ditata dengan gaya beehive untuk mengalihkan perhatian.
Saat tampil di Top of the Pops, ia membutuhkan kostum baru karena hanya punya satu yang sudah dipakai di penampilan TV sebelumnya. Dengan tergesa-gesa, ia menemukan gaun yang sempurna di toko vintage. Tetapi, gaun itu terlalu ketat! Ia jadi tidak bisa bergerak bebas, bahkan untuk menari. Akibatnya, koreografi yang telah dibuat harus dibatalkan, karena jika bergerak, penonton akan melihat lebih dari yang seharusnya. Aduh.
Dari Wham! ke Woo: Refleksi yang Mengocok Perut
Kisah ini adalah pengingat bahwa dalam dunia musik, bahkan dalam hidup, ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Impian, harapan, dan kerja keras terkadang harus berhadapan dengan realita yang lucu, absurd, dan bikin ngakak. Tapi, justru dari situlah kita belajar untuk menerima, beradaptasi, dan terus maju.
Dari kisah Cola Boy yang hampir sempurna ini, kita bisa melihat bahwa sukses itu tidak selalu berjalan mulus. Akan ada rintangan, keputusan yang salah, dan momen-momen yang membuat kita ingin menggaruk kepala. Tapi, yang penting adalah bagaimana kita menyikapi semua itu.
Ada kalanya kita harus menerima bahwa rencana kita tidak berjalan sesuai harapan. Mungkin gaun yang kita pakai terlalu ketat, atau kita tidak diizinkan masuk ke studio. But hey, setidaknya kita punya cerita untuk diceritakan, kan? Bahkan, cerita yang bisa kita tertawakan bersama teman-teman kita.
Jadi, lain kali kamu merasa down karena sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana, ingatlah kisah Cola Boy. Tertawalah, belajar dari pengalaman, dan teruslah berkarya. Siapa tahu, oops, kamu juga bisa menciptakan kisah sukses yang absurd dan relatable.