Hentikan Omong Kosong: Tanam Pohon, Bukan Janji!
Kamu pernah dengar pepatah "aksi lebih berarti daripada seribu kata-kata"? Nah, hari ini kita akan bahas tentang aksi nyata yang (semoga) lebih dari sekadar lip service untuk menyelamatkan bumi. Kebetulan, ada kabar dari Bali tentang aksi penanaman mangrove yang melibatkan korporasi dan masyarakat lokal. Kedengarannya bagus, kan? Tapi, benarkah semua ini lebih dari sekadar pencitraan?
Mari kita mulai dengan fakta: petani yang tergabung dalam KUB Simbar Segara di Desa Pemogan, Denpasar, Bali, bekerja sama dengan PT Pertamina Training and Consulting (PTC) dan PT Arunika Bumi Lestari (ABL) untuk menanam pohon mangrove. Aksi ini dilakukan pada tanggal 14 Februari lalu dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia. Ada juga Taman Hutan Raya Ngurah Rai yang ikut serta dalam acara ini. Sudah ada bibit bagus, melibatkan banyak pihak pula. Harusnya sih berjalan baik.
Presiden Direktur PTC, Muhammad Shabran Fauzani, mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, bukan hanya fokus pada pertumbuhan bisnis. Katanya juga, dia berharap inisiatif ini akan membawa manfaat jangka panjang dan mendorong lebih banyak orang untuk membangun masa depan yang lebih baik. Ah, kata-kata yang indah. Tapi, sering kali, kata-kata hanyalah hiasan.
Sementara itu, Direktur ABL, Chintya Dian Astuty, juga menyebutkan kalau acara penanaman mangrove ini sangat penting untuk mempercepat pencapaian agenda keberlanjutan. Chintya menekankan pentingnya dukungan terhadap lembaga pendidikan dan korporasi dalam mencapai nol emisi bersih dalam operasi mereka. Jangan sampai hanya omong doang, ya, Bu.
Chintya juga menyoroti aspek pendidikan tentang keberlanjutan dalam perlindungan, rehabilitasi, dan restorasi ekosistem mangrove. Pendidikan ini harus menjangkau semua pemangku kepentingan agar mereka memahami masalah di wilayah pesisir. Ini poin yang sangat penting. Kamu tidak bisa hanya menanam pohon tanpa memberikan edukasi. Sama saja seperti posting quotes motivasi tanpa melakukan kerja nyata.
Analis rehabilitasi dan konservasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Made Yuda Wibawa, mengapresiasi acara ini karena mendukung program unit pengelola untuk merehabilitasi wilayah pesisir. Dia bilang, penanaman mangrove itu penting karena memiliki berbagai fungsi dan manfaat. Makanya, kita harus selalu menjaganya.
Ketua KUB Simbar Segara, Ketut Darsana, mengatakan bahwa kegiatan ini memungkinkan anggotanya bertemu dengan pemangku kepentingan lain untuk berkolaborasi mendukung pengembangan rehabilitasi hutan mangrove dengan menanam 1.000 bibit mangrove. Bagus, kolaborasi memang kuncinya. Tapi, jangan sampai kolaborasi ini cuma jadi ajang foto-foto, ya.
Selain menanam mangrove, PTC juga mengunjungi SD Negeri 27 di Pemecutan, Denpasar. Di sana, mereka mengadakan berbagai kegiatan, seperti sesi pendidikan lingkungan untuk siswa, penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan lokakarya daur ulang kreatif. PTC juga melakukan pemeriksaan medis gratis, memberikan bantuan sosial untuk masyarakat dari kelompok rentan, serta mendukung kelompok agama, seni, dan budaya. Wah, banyak juga kegiatan mereka.
Korporasi Peduli Lingkungan? Benarkah?
Pertanyaan besarnya: apakah semua ini benar-benar tulus, atau hanya bagian dari strategi greenwashing? Kita semua tahu, citra itu penting, terutama di era media sosial. Perusahaan mana yang tidak mau terlihat ramah lingkungan? Tapi, antara terlihat peduli dan benar-benar peduli, bedanya bisa sangat jauh.
Mangrove: Pahlawan Penyelamat Pantai
Kenapa mangrove penting? Jawabannya sederhana: mangrove adalah pahlawan yang terlupakan. Mereka melindungi garis pantai dari erosi, menjadi rumah bagi berbagai jenis makhluk laut, dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Menanam mangrove itu seperti investasi jangka panjang. Tapi, investasi yang membutuhkan komitmen berkelanjutan.
Jangan Cuma Lip Service, Buktikan!
Tentu saja, kita harus mengapresiasi upaya apa pun yang dilakukan untuk menjaga lingkungan. Tapi, jangan sampai kita terjebak dalam euforia semu. Kita perlu bertanya lebih lanjut: Apakah ada rencana jangka panjang? Apakah ada evaluasi berkala? Apakah ada transparansi dalam pelaksanaannya? Jangan sampai, setelah acara selesai, semua orang kembali ke rutinitas dan masalah lingkungan dilupakan begitu saja.
Masa Depan di Tangan Kita (dan Mangrove)
Pada akhirnya, keberlanjutan lingkungan bukan hanya tanggung jawab korporasi atau pemerintah. Ini adalah tanggung jawab kita semua. Kita harus lebih kritis, lebih peduli, dan lebih proaktif. Jangan ragu untuk mempertanyakan, untuk menuntut, dan untuk bertindak. Kita tak bisa lagi hanya diam melihat bumi ini semakin sakit. Mari kita dorong aksi nyata, bukan sekadar omong kosong yang manis di bibir.