Dark Mode Light Mode
Wahid Dorong Rehabilitasi Sungai: Cegah Banjir di Indonesia
Assassin’s Creed Shadows: Tantangan Menerjemahkan Feudal Jepang ke dalam Game, dalam Bahasa Indonesia
Qualcomm Incar Dominasi Pasar Android Handheld Gaming di GDC 2025

Assassin’s Creed Shadows: Tantangan Menerjemahkan Feudal Jepang ke dalam Game, dalam Bahasa Indonesia

Siapa yang siap kembali ke era Assassin's Creed? Akhirnya, setelah penantian panjang dan beberapa kali penundaan, seri terbaru yang sangat dinanti-nantikan ini akan segera hadir. Kita semua tahu bagaimana rasanya menunggu, kan? Nah, bersiaplah untuk menjelajahi Jepang di tahun 1579, saat negeri Sakura dilanda perang saudara yang dahsyat.

Era ini identik dengan perebutan kekuasaan oleh panglima perang legendaris, Oda Nobunaga. Di tengah kekacauan itu, kita akan mengikuti dua tokoh utama yang sangat menarik: seorang shinobi wanita bernama Fujibayashi Naoe dan Yasuke, seorang budak Afrika yang kemudian menjadi samurai. Kedua tokoh protagonis ini akan mengantarkan pemain melewati jalan cerita yang kompleks dan penuh aksi.

Sudah menjadi rahasia umum jika Jepang adalah latar yang paling banyak diminta oleh para penggemar Assassin's Creed selama bertahun-tahun. Produser eksekutif Marc-Alexis Coté bahkan mengakui bahwa setiap kali tim memulai pengembangan game baru, pertanyaan tentang Jepang selalu muncul. Hal ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari para pemain.

Kehadiran Assassin's Creed Shadows juga datang pada saat yang krusial bagi Ubisoft, mengingat beberapa rilis sebelumnya kurang memuaskan. Meski demikian, game ini diharapkan mampu mendongkrak kembali performa perusahaan. Tentu saja, ekspektasinya tinggi, namun tim pengembang tampaknya telah mempersiapkan segalanya dengan matang.

Menyelami Sejarah: Riset dan Perhatian Terhadap Detail

Ubisoft benar-benar tidak main-main dalam menyajikan nuansa sejarah yang otentik. Mereka melibatkan sejarawan internal sejak awal pengembangan, memastikan bahwa dunia yang disajikan tidak hanya menarik tetapi juga akurat secara historis. Tim riset secara berkelanjutan mengumpulkan data, bahkan melibatkan spesialis dari Jepang untuk menggali detail-detail budaya yang lebih halus.

Pengembang juga melakukan kunjungan langsung ke lokasi penting dalam game, seperti Kyoto dan Osaka. Tujuannya adalah untuk merasakan langsung bagaimana landscape Jepang, terutama soal pencahayaan. Bahkan, hal detail kecil seperti bagaimana cahaya jatuh di pegunungan Jepang, diperhatikan betul. Detail yang sangat kecil memang!

Ekspektasi yang tinggi juga berlaku untuk hal-hal detail lainnya. Bahkan karakter Assassin's Creed Shadows memakai kaos kaki. Hal ini menambah keotentikan pengalaman bermain dan menggambarkan perhatian tim terhadap setiap aspek dari dunia game.

Dua Jagoan Unik: Ninja vs. Samurai

Pemain akan memiliki kesempatan untuk memilih antara dua protagonis utama dengan gaya bermain yang berbeda. Naoe, sang shinobi, menawarkan pengalaman bermain yang penuh dengan strategi, memanfaatkan bayangan, bom asap, dan serangan senyap untuk menghilangkan musuh tanpa terdeteksi. Sementara itu, Yasuke menawarkan pengalaman bermain yang lebih langsung dan agresif, dengan pedang yang mematikan.

Meskipun berlatar belakang sejarah, Assassin's Creed Shadows juga mengambil inspirasi dari berbagai representasi budaya modern tentang periode tersebut. Pengaruh film-film klasik Jepang seperti Kagemusha karya Kurosawa, hingga film-film Studio Ghibli seperti My Neighbor Totoro, turut membentuk visi tim pengembang untuk game ini.

Mengatasi Kontroversi dan Merangkul Keberagaman

Tentu saja, tidak semua hal berjalan mulus. Game ini sempat menuai kontroversi terkait protagonis wanita dan karakter kulit hitam. Beberapa pihak menilai karakter-karakter tersebut "woke" dan tidak akurat secara historis. Namun, perlu ditegaskan bahwa Assassin's Creed Shadows berusaha keras untuk memberikan representasi yang akurat dengan melibatkan para sejarawan.

Sejarah mencatat bahwa prajurit wanita memang ada di zaman feodal Jepang, dan Yasuke adalah tokoh samurai kulit hitam yang nyata. Ubisoft berupaya memberikan gambaran yang komprehensif tentang periode tersebut, sekaligus menghadirkan karakter yang beragam dan representatif. Tentu saja, ini adalah tantangan tersendiri bagi Ubisoft.

Era Kebangkitan Game Single-Player?

Dirilisnya Assassin's Creed Shadows juga terjadi di tengah tren yang menarik dalam industri game. Setelah kegagalan beberapa game live service yang kurang memuaskan, minat pemain terhadap game single-player kembali meningkat. Kesuksesan Shōgun (serial TV) juga patut diperhitungkan, karena serial tersebut ikut meramaikan kembali perbincangan mengenai Jepang feodal.

Assassin's Creed Shadows menjanjikan dunia yang indah dengan lingkungan yang detail, sistem cuaca dinamis, dan pertarungan yang sangat berdarah. Gameplay-nya yang akan menantang, grafis yang memukau, dan cerita yang kuat seharusnya menjadi daya tarik utama. Semua aspek ini, menunjukkan Assassin's Creed Shadows sebagai harapan terbaru untuk Ubisoft.

Akhirnya, gameplay akan menjadi kunci utama. Apakah tim pengembang mampu memberikan pengalaman bermain yang memuaskan? Itulah yang akan menjadi penentu kesuksesan Assassin's Creed Shadows, game yang sangat dinanti-nantikan ini. Let the assassination begin!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Wahid Dorong Rehabilitasi Sungai: Cegah Banjir di Indonesia

Next Post

Qualcomm Incar Dominasi Pasar Android Handheld Gaming di GDC 2025