Angkatan Laut Filipina Ikut Pesta, Tapi Apakah Ada yang Lebih Penting?
Pemandangan kapal perang yang berlayar bersama selalu menarik, apalagi kalau melibatkan banyak negara. Kabar baiknya, Angkatan Laut Filipina (THE) baru saja bergabung dengan 31 angkatan laut asing lainnya dalam Latihan Angkatan Laut Multilateral Komodo (MNEK) ke-5 tahun 2025 di Bali, Indonesia. Sebuah seremoni yang harusnya membuat kita bangga, kan? Tapi, tunggu dulu, mari kita bedah lebih dalam, ada apa saja di balik gemerlapnya latihan militer ini.
Lt. Ross Victor San Luis, juru bicara THE, melaporkan bahwa kapal-kapal dari berbagai negara, terutama ASEAN, ikut serta dalam berbagai latihan seperti Photo Exercise, Search and Rescue Exercise, dan Passing Exercise. Kapal BRP Ramon Alcaraz, yang dikomandoi oleh Commander Johanns Cruzada, bersama dengan Captain Malone Agudelo dari Naval Task Group, menjadi perwakilan Filipina dalam latihan laut ini. Keren sih, tapi… tunggu dulu, apa ya manfaatnya bagi kita, warga sipil?
Simposium Keamanan Maritim: Ngomong Doang atau Ada Aksi Nyata?
Selain latihan di laut, THE juga turut serta dalam International Maritime Security Symposium (IMSS) di Hotel Westin, Bali. Simposium ini dihadiri oleh perwakilan angkatan laut dari 31 negara, menjadi wadah untuk berdiskusi tentang tantangan keamanan maritim dan memperkuat kerja sama regional. Wah, kayaknya banyak banget nih acara ngomongnya. Padahal, kita tahu sendiri, omongan tanpa tindakan itu… ya, gitu deh.
Delegasi THE yang hadir terdiri dari Rear Admiral Joe Anthony Orbe, komandan Philippine Fleet sekaligus pemimpin delegasi; Col. Emerson Delos Santos, Atase Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Filipina; Captain Malone Agudelo, komandan Naval Task Group 84; dan Commander Johanns Cruzada, komandan Ramon Alcaraz. Para petinggi ini pasti sibuk banget, tapi sepadankah dengan dampaknya?
Simposium ini dipimpin oleh Kepala Angkatan Laut Indonesia, Laksamana Muhammad Ali. Diskusi tingkat tinggi membahas ancaman maritim yang muncul, strategi kerja sama multilateral, dan interoperabilitas antar angkatan laut. Pembicara kunci dan para ahli dari berbagai negara berbagi wawasan tentang pengamanan wilayah maritim, memastikan kebebasan navigasi, dan memperkuat respons terkoordinasi terhadap tantangan keamanan maritim. Semoga aja enggak cuma jadi ajang pamer jabatan.
Ancaman Maritim: Siapa yang Paling Kena Dampaknya?
Kita semua tahu bahwa ancaman maritim itu nyata, mulai dari pembajakan, penyelundupan, hingga sengketa wilayah. Namun, seringkali, masyarakat sipil menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya. Kenaikan harga barang, pembatasan akses terhadap sumber daya, hingga potensi konflik bersenjata adalah beberapa contohnya. Jadi, kalau latihan militer ini tujuannya untuk melindungi kepentingan masyarakat, bagus. Tapi, jangan sampai lupa sama rakyatnya sendiri.
Latihan militer memang penting untuk menjaga kesiapan dan memperkuat kerja sama internasional. Namun, kita juga perlu mempertanyakan, apakah latihan-latihan ini benar-benar efektif dalam mengatasi akar permasalahan, atau hanya sekadar menutupi masalah yang lebih besar? Mungkin kita perlu lebih kritis melihatnya.
Uang Rakyat: Dipakai untuk Apa Saja, Sih?
Salah satu pertanyaan krusial yang seringkali terlupakan adalah soal anggaran. Berapa banyak uang rakyat yang dihabiskan untuk latihan militer ini? Apakah anggaran tersebut sudah dialokasikan secara transparan dan efisien? Apakah ada prioritas lain yang lebih mendesak, seperti peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, atau infrastruktur? Jangan sampai anggaran militer membengkak, sementara kebutuhan dasar rakyat terabaikan.
Tentu saja, menjaga keamanan negara adalah prioritas utama. Namun, kita juga perlu memastikan bahwa anggaran tersebut digunakan secara bijak dan efektif, serta memberikan manfaat nyata bagi seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir orang. Jangan sampai ada yang merasa, "Wah, enak ya, latihan terus, duitnya ngalir terus."
Ke Mana Arahnya?
Kita perlu terus mengawal dan mempertanyakan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah, termasuk dalam bidang pertahanan dan keamanan. Keterbukaan informasi, partisipasi publik, dan akuntabilitas adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat. Jangan mau dibodohi dengan jargon-jargon keamanan negara kalau ujung-ujungnya rakyat yang sengsara.
Mungkin saja, latihan militer ini memang memiliki manfaat yang besar bagi keamanan negara dan stabilitas regional. Namun, kita juga perlu memastikan bahwa manfaat tersebut benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat, dan bukan hanya segelintir elite. Mari kita awasi bersama, semoga hasilnya sepadan dengan pengorbanan yang ada.