Wah, Courtney Barnett! Penyanyi-penulis lagu asal Australia yang lagunya langsung bikin kita mikir, siapa sih ini? Lagu-lagunya enak didenger, liriknya asik, dan pokoknya bikin penasaran. Tapi, jauh lebih dari sekadar musik yang enak, ada sesuatu yang lebih dalam dari seorang Courtney Barnett yang menarik untuk disimak, terutama soal album debutnya, Sometimes I Sit and Think, and Sometimes I Just Sit.
Courtney Barnett: Pendengar Musik yang Super Jujur
Album ini bukan cuma sekadar kumpulan lagu, tapi juga sebuah rollercoaster emosi yang jujur banget, khas anak muda jaman sekarang. Kita langsung disambut dengan ke- nggak-jaga-image-an ala Courtney. Dia cerita apa adanya, entah itu soal serangan asma yang bikin ngakak atau kegalauan anak kuliahan. Buat sebagian orang, kejujuran ini malah jadi daya tarik utama.
Courtney Barnett, seringkali digambarkan sebagai sosok yang agak pemalu dan susah ngomong di dunia nyata, tapi super pede dan cerewet pas lagi nulis lagu. Dia mengakui, nulis lagu itu kayak punya kekuatan super buat bikin dirinya kelihatan pintar. Mungkin ini juga yang bikin kita semua, khususnya anak muda, bisa relate sama lagunya. Siapa yang nggak pernah merasa awkward pas ngobrol di dunia nyata, tapi jago banget bikin status atau nulis caption di medsos?
Album ini dirilis 10 tahun lalu, tepatnya di masa indie rock lagi seru-serunya. Dengan lirik yang punchline-nya ngena banget dan karakter yang kuat, Courtney berhasil narik perhatian banyak orang. Bahkan, lagu-lagunya jadi soundtrack penting buat generasi saat itu. Dari "Pedestrian at Best" yang memorable banget, sampai "Elevator Operator" yang memperkenalkan karakter-karakter unik yang biasa kita temui sehari-hari.
"Sometimes I Sit and Think" yang Penuh Kejutan
Album ini nggak cuma sekadar lagu, tapi juga journey yang penuh kejutan. Judulnya yang santai, "Sometimes I Sit And Think, Sometimes I Just Sit," justru kontras banget sama musiknya yang energetic. Album ini kayak lagi lari maraton, nggak ada waktu buat berhenti. Musiknya mengalir deras, liriknya padat, dan bahasanya kaya banget, mengingatkan kita sama Joanna Newsom atau Ghostface Killah.
Lagu-lagu di album ini kayak jendela ke dunia Courtney. Ada lagu tentang berenang di kolam renang dengan cowok cakep (Aqua Profunda!), atau lagu tentang nasehat nyetir yang dikemas jadi hook keren banget (Dead Fox!). Ada juga lagu yang bahas soal kesepian, kegalauan (An Illustration of Loneliness), sampai FOMO alias rasa takut ketinggalan (Nobody Really Cares If You Don’t Go To The Party).
Satu hal yang bikin album ini menonjol adalah cara Courtney nulis lirik. Kadang, liriknya bisa berantakan kayak orang lagi ngamuk, persis battle rap ala Eminem. Tapi, di sisi lain, ada juga lagu-lagu yang lebih kalem, kayak Depreston, yang bikin kita merenung tentang kehidupan.
Menjelajah Sisi Lain Courtney Barnett
Album ini nggak cuma sekadar kumpulan lagu, tapi juga pintu buat masuk ke dunia Courtney Barnett. Lewat lagu-lagunya, kita bisa lihat sisi lain dari seorang musisi yang nggak takut nunjukin dirinya apa adanya. Album “Sometimes I Sit and Think” adalah showcase terbaik dari kemampuannya sebagai seorang musisi dengan ide-ide cemerlang.
Setelah album ini, Courtney mulai lebih kalem dalam bermusik. Dia lebih fokus ke penulisan lagu yang lebih compact dan nggak terlalu berlebihan. Bahkan, di album kolaborasinya sama Kurt Vile, dia lebih santai dan ceria.
Data menunjukkan: Album ini berhasil memikat perhatian banyak orang di dunia musik. Courtney bahkan dapat nominasi di Grammy Award dan pujian dari majalah Rolling Stone.
Era Keemasan dan Warisan Courtney Barnett
Di tengah stagnasi genre rock saat itu, khususnya di era ketika musik indie masih diusik, Courtney Barnett hadir sebagai penyelamat musik gitar. Dia jadi salah satu yang paling diperhitungkan. Tapi, pada akhirnya, dia memilih untuk nggak jadi penyelamat, dan dia sendiri kayaknya fine-fine aja dengan itu.
Saat ini, Courtney Barnett udah jadi langganan di berbagai festival musik. Dia bukan lagi musisi yang cutting edge, tapi musisi yang bisa diandalkan buat bikin musik yang bagus. Dan, well, sepertinya dia lebih bahagia dengan posisinya sekarang, daripada waktu semua orang bilang dia pintar.
Kesimpulannya, Sometimes I Sit and Think, and Sometimes I Just Sit adalah album yang timeless, bahkan sepuluh tahun kemudian. Album ini bukan cuma sekadar musik, tapi juga cerita tentang kejujuran, kegalauan, dan perjalanan hidup seorang anak muda. Lewat lagu-lagunya, Courtney Barnett berhasil bikin kita semua relate dan mikir, wah, gue banget nih!