Dark Mode Light Mode
Aku berjuang melewati dunia gila ini

Aku berjuang melewati dunia gila ini

Randy Blythe: Antara Metal, Buku, dan Tamparan Keras untuk Realita

Pernahkah kamu merasa dunia ini terlalu… berat? Kayak beban skripsi yang nggak kelar-kelar, atau feed Instagram yang isinya cuma kebahagiaan palsu? Nah, begitulah kira-kira yang dirasakan Randy Blythe, vokalis Lamb of God yang baru saja merilis buku baru berjudul "Just Beyond The Light: Making Peace With The Wars Inside Our Head". Buku ini bukan cuma sekadar curhatan, tapi juga ajakan buat kita semua, anak muda generasi rebahan, buat melek dan mencari pencerahan di tengah hiruk pikuk zaman now.

Buku ini memang bukan sekadar autobiografi seperti Dark Days yang sudah lebih dulu eksis, tapi lebih ke kumpulan esai yang mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman hidup. Blythe, yang kini menginjak usia 50-an, berbagi bagaimana ia belajar dari masa lalunya, termasuk perjuangan melawan diri sendiri. Soalnya, siapa sih yang nggak punya "perang" batin? Dari masalah percintaan, pekerjaan, sampai ekspektasi orang tua, semua bisa jadi sumber stres.

Sobrietas: Kunci untuk Membuka Perspektif Baru

Salah satu poin penting dalam buku ini adalah bagaimana Blythe menemukan perspektif baru setelah sembuh dari kecanduan. Ia bahkan mengaku sempat kecanduan berat selama 22 tahun dan itu membuatnya merasa ingin menghilang. Ia belajar bahwa, nggak semua hal di dunia ini seburuk yang kita kira, termasuk dirinya sendiri.

Perubahan perspektif ini ternyata nggak cuma mengubah hidup Blythe, tapi juga cara pandangnya terhadap dunia. Ia jadi lebih bisa menerima kenyataan, termasuk kenyataan pahit bahwa dunia ini memang nggak sempurna dan yang namanya masalah pasti selalu ada. Tapi, di sisi lain, ia juga belajar untuk tetap menemukan secercah harapan di tengah kegelapan.

Elon Musk: Bukan Cuma Soal Uang, Tapi Soal Kekuasaan

Blythe nggak segan untuk melempar kritik terhadap tokoh-tokoh publik yang dianggapnya bermasalah. Salah satunya adalah Elon Musk. Blythe mengaku muak dengan sikap Musk yang dinilainya cenderung fasis. Baginya, gestur Musk yang dianggap seperti gerakan Nazi saat pelantikan Trump bukanlah sebuah kesalahan. Itu adalah sinyal bahaya yang harus kita waspadai.

Blythe mengingatkan bahwa, kekuasaan sedang terkonsolidasi. Ia menyoroti bagaimana orang-orang kaya dan berkuasa semakin memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan. Bagi Blythe, Musk punya segalanya: kekayaan, teknologi, dan kini, tampaknya, kekuasaan. Dan itu, menurutnya, sangat berbahaya.

Metal dan Tantangan Generasi: Antara Apatis dan Terjebak dalam Ilusi

Blythe juga punya pandangan menarik tentang hubungan antara generasi sekarang dengan perubahan dunia. Menurutnya, ada dis-koneksi yang besar antara suara publik yang menginginkan perubahan dengan mereka yang punya otoritas untuk membuat perubahan. Blythe yang tumbuh di era punk rock merasa hal ini lumrah. Ia nggak percaya dengan politisi, tapi ia juga nggak mau terjebak dalam apatisme dan merasa nggak punya daya.

Blythe mendorong kita untuk lebih terlibat dalam politik dan jangan sampai kita menyerah pada perasaan hopeless. Ia percaya bahwa, kita harus aktif berpartisipasi dalam membentuk dunia yang lebih baik. Jangan cuma jadi penonton di media sosial, tapi bergerak nyata.

Berkaca dari Perjalanan Hidup: Apa yang Bisa Kamu Lakukan?

Di akhir percakapan, Blythe memberikan pesan yang sangat mengena. Ia nggak mau menggurui, tapi lebih mengajak kita semua untuk merenung. Apa alat yang kita punya untuk membuat hidup dan dunia ini lebih baik? Ia menekankan bahwa, setiap orang punya alatnya masing-masing. Kita hanya perlu mencari, meraih, dan menggunakannya. Jadi, setelah membaca semua ini, coba tanyakan pada dirimu, apa alat yang kamu punya?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Peningkatan Sistem, Pembaruan Gameplay, dan Kejutan Lainnya

Next Post

Mahasiswa Asia Tenggara Gelar Pekan Visibilitas: Perjuangan Identitas dan Pengakuan