Siaap, mari kita bedah Assassin's Creed Shadows, game yang penuh drama dan janji!
Assassin's Creed Shadows: Antara Sejarah, Budaya, dan Harapan Fans
Tahun 2024 seharusnya menjadi tahun gemilang bagi waralaba Assassin's Creed. Bayangkan, perayaan 15 tahun Assassin's Creed II dan 10 tahun Assassin's Creed Unity! Ditambah lagi, tanggal rilis awal Assassin's Creed Shadows ditetapkan pada 15 November 2024. Tapi, takdir berkata lain.
Shadows mengalami penundaan dua kali dan akhirnya dijadwalkan rilis pada 20 Maret 2025. Game ini memikul beban berat, bahkan mungkin menjadi rilis besar terakhir Ubisoft sebelum potensi akuisisi oleh Tencent. Lebih parahnya, spoiler bocor sebelum rilis! Well…
Dulu, Assassin's Creed hanyalah game dengan konsep menarik dan pemasaran misterius. Serupa game era PS3/360 lain seperti Uncharted atau Borderlands, ide awalnya bagus, meskipun eksekusinya kadang kurang oke. Assassin's Creed II muncul bagai angin segar, membawa kita ke Italia era Renaisans bersama Ezio Auditore da Firenze. Perjalanan Ezio yang iconic dari seorang playboy jadi pembunuh berlapis, membara dalam balas dendam dan keadilan.
Petualangan Ezio berlanjut di Assassin's Creed: Brotherhood (2010) dan Assassin's Creed Revelations (2011). Akhirnya, Assassin's Creed jadi game annual! Trilogi II memberikan dampak besar hingga kini. Ezio adalah satu-satunya Assassin dengan sub-seri tersendiri. Bahkan setelah kisahnya selesai, ia tetap eksis. Fans bisa melihat dia jadi bintang tamu di Soul Calibur V dan membimbing Shao Jun di Assassin's Creed Chronicles: China.
Ezio's Legacy and the Rise of RPG
Music theme yang luar biasa dari Jesper Kyd selalu melekat, yang bahkan telah diadaptasi ke setting game selanjutnya! Terlepas dari inovasi yang dilakukan Ubisoft, seperti multiplayer, pertempuran laut, atau cerita prologue yang menceritakan latar belakang karakter utama, aura kebaikan dari era Ezio dan konsistensi game ini yang membuat para fans tetap setia.
Tapi, semua waralaba punya batas. Era Unity (2014), game pertama waralaba di konsol generasi baru PS4/Xbox One, menjadi titik balik. Game ini menawarkan co-op empat pemain, fitur yang cukup menarik. Konflik terjadi di Revolusi Prancis, kita berperan sebagai Arno Dorian, anak Assassin Perancis yang diadopsi oleh Templar. Rumit, kan? Ditambah lagi, Elise, teman masa kecil Arno berubah jadi kekasih yang memilih tetap bersama Templar.
Unity menerima review campur aduk karena performa teknis yang kurang mulus. Setelah patch, review jadi lebih baik, tapi kerusakan sudah terjadi. Ubisoft menghentikan konsep annual, menggunakan pendekatan "ketika siap" dengan beberapa rilis yang berdekatan. Setelah Assassin’s Creed Syndicate (2015), Ubisoft skip tahun 2016 dan lalu meremajakan seri dengan Assassin's Creed Origins (2017). Di sini, waralaba berubah jadi action-RPG, dengan gear dan skill tree.
Assassin's Creed: Shadows, Back to the Roots?
Elemen-elemen ini kembali di Shadows, yang menampilkan Naoe Fujibayashi, shinobi muda, dan Yasuke, seorang samurai Afrika. Meskipun waralaba selalu bertema sejarah fiksi, dan berani bereksperimen (seperti bermain sebagai Odin di Valhalla atau ekspansi Assassin's Creed III yang menampilkan George Washington menjadi raja), ada perbedaan signifikan di Shadows. Kita tidak hanya menggunakan karakter sejarah sebagai tokoh utama, tapi juga sebagai co-protagonist, setara dengan karakter fiksi.
Hal yang menarik adalah, baik Naoe dan Yasuke mendapatkan porsi promosi yang sama. Trailer dan poster menekankan kolaborasi mereka, bukan sekadar mengganti skin karakter.
Era Ketiga Assassin's Creed and The Future
Marc-Alexis Côté, produser eksekutif seri, dalam talkshow BAFTA November 2024, menyebut Shadows sebagai awal dari "periode ketiga" Assassin's Creed. Periode pertama adalah ketika Ubisoft menyadari bahwa mereka punya IP baru yang hot. Periode kedua adalah ketika mereka menyadari perlu take a step back. Fokus utama era selanjutnya adalah mengembalikan sejarah sebagai pusat pengalaman, alih-alih cerita masa kini.
Cara Ubisoft menggunakan sejarah untuk membangun lore yang unik membuat waralaba ini menarik. Keputusan memasukkan Yasuke, bahkan, bisa jadi berpengaruh pada keputusan Creed selanjutnya.
Assassin’s Creed biasanya punya penjualan yang stabil. Ubisoft bahkan seringkali mengandalkan long tail game ini untuk bertahan dalam setiap kuartal keuangan. Seri ini sepertinya tidak akan langsung berakhir jika Shadows tidak langsung jadi best seller.
Kenyataan di tahun 2025 pastinya berbeda dengan tahun 2014. Waktu untuk bangkit dari pukulan semakin cepat, dan Ubisoft sendiri juga perlu perubahan besar untuk menjadi tempat yang lebih baik bagi semua karyawannya. Kesuksesan ini tidak seharusnya hanya bergantung pada satu game tentang menusuk orang dan melompat dari tempat tinggi. Semoga sukses ya, Assassin's Creed Shadows.